Melalui persetujuan DPR, mulai 1 Juli 2010 pemerintah akan menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang besarnya berkisar antara 6-20%. Hanya dua kelompok yang tidak mengalami kenaikan, yakni pelanggan rumah tangga kecil dengan daya 450-900 VA karena dianggap tidak mampu serta pelanggan dengan daya di atas 6.600 VA karena sudah membayar TDL sesuai harga pasar.
Seperti yang sudah-sudah, alasan yang dikemukakan pemerintah adalah untuk mengurangi beban subsidi. Dengan kenaikan TDL ini, diharapkan bisa dihemat dana pemerintah sebesar sekitar Rp 5 triliun. Meski tidak semua golongan pemakai akan dinaikkan, tapi kenaikan TDL ini pasti tetap saja akan makin menyulitkan kehidupan masyarakat luas. Biaya hidup pasti akan bertambah karena harga barang dan jasa pasti juga akan ikut naik. Kadin menghitung, dengan kenaikan TDL antara rata-rata sekitar 10% ini, akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi sekitar 33%, yang tentu akan menaikkan harga jual barang. Para produsen dengan alasan kenaikan bahan baku akan menaikan harga jual produk. Dan akhirnya pasti akan menyebabkan multiplier efect yang bermuara pada kenaikkan harga dan penurunan daya beli masyarakat dan berujung pada penurunan produksi yang berdampak pada pemutusan hubungan karyawan/pengangguran.
Berkenaan dengan hal tersebut, seharusnya kita semua menyatakan:
1.Menolak rencana kenaikan harga TDL itu karena hal itu tidak sesuai dengan prinsip yang benar dalam pengelolaan sumber energi nasional serta akan semakin membebani kehidupan masyarakat yang kebanyakan telah hidup dalam kesusahan. Sumber energi, termasuk listrik, adalah milik umum yang oleh karena itu rakyat berhak untuk mendapatkannya secara murah atau cuma-cuma. Rasulullah saw menyatakan: “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput dan api.”(HR. Abu Daud). Termasuk dalam api disini adalah energi berupa listrik.
2.Menaikkan TDL bukanlah jalan yang tepat karena sesungguhnya masih banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi apa yang disebut besarnya subsidi itu. Yakni, Pertama meningkatkan efisiensi pengelolaan PLN dan mengurangi kebocoran serta korupsi. Kedua, dengan memanfaatkan seoptimal mungkin pembangkit dual firing yang dimilik oleh PLN dengan menambah pasokan gas. Bila cara ini dilakukan, penghematan yang bisa dilakukan oleh PLN dibanding dengan menggunakan BBM bisa mencapai Rp 50 triliun. Oleh karena itu, produksi gas yang ada harus diprioritaskan bagi konsumsi dalam negeri khususnya untuk listrik dan pabrik pupuk. Kebijakan porsi kuota gas untuk eskpor lebih besar dari pada untuk alokasi dalam negeri, seperti yang terjadi pada gas Donggi Senoro dimana 70% ditetapkan untuk ekspor sementara sisanya untuk dalam negeri jelas tidak tepat dan bertentangan dengan prinsip pengelolaan energi yang benar tadi.
3.Alokasi gas Donggi Senoro yang lebih besar untuk ekspor di tengah kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, serta swastanisasi pembangkit listrik yang membuat harga listrik terus meningkat adalah bukti dari praktek-praktek kotor para pejabat negara yang berkolusi dengan para pengusaha. Ini pula fakta dari apa yang disebut Corporate State atau Negara Korporasi yang dikendalikan oleh simbiosis antara penguasa dan pengusaha. Dalam negara semacam ini, keputusan politik dibuat bukan sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat melainkan untuk kepentingan mereka sendiri dalam rangka meraup dana bagi kepentingan politik mereka guna meraih kekuasaan yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih lama lagi. Dalam negara semacam ini, UU dan peraturan-peraturan, seperti UU Migas yang penuh keanehan itu dibuat untuk memuluskan kepentingan itu. Dalam UU Migas terdapat ketentuan bahwa produksi migas paling sedikit 25% untuk kepentingan dalam negeri. Itu artinya, produksi migas bisa hanya 25% yang disalurkan ke dalam negeri, selebihnya untuk ekspor. Dan itu pula yang dijadikan dasar oleh pemerintah ketika memutuskan alokasi gas Donggi - Senoro, yakni 30% dalam negeri dan 70% ekspor.
4.Inilah salah satu praktek kotor yang dilakukan oleh para pejabat dalam sistem sekuler. Ketika syariah Islam dicampakkan, mereka bekerja hanya berdasar prinsip maslahat. Dan ternyata maslahat yang dituju bukan untuk masyarakat banyak tapi untuk kepentingan diri dan kelompoknya saja. Maka sistem semacam ini harus dihentikan, diganti dengan sistem yang betul-betul bekerja untuk kepentingan semua manusia. Itulah sistem Islam dengan syariahnya yang pasti akan membawa rahmat bagi semua. Insya Allah.
Rabu, 30 Juni 2010
*** Orang Mukmin Tak Penah Stress ***
Kesusahan Dan Kesulitan
Adalah laksana Musim Dingin,Basah Dan Lembab
Tidak Di Sukai Insan
Tetapi sesudah musim sejuklah
Tumbuh Bunga-Bunga Yang Harum
Dan Buah-Buahan Yang Subur
Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik kesusahan maupun kesenangan, sebagai sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Allah Ta’ala berfirman,
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs Al Anbiya’: 35)
Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata, “Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)
Kebahagiaan hidup dengan bertakwa kepada Allah
Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan Hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia
dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu.” (Qs al-Anfaal: 24)
Ibnul Qayyim -semoga Allah Ta’ala merahmatinya- berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin.” (Kitab Al Fawa-id, hal. 121, Cet. Muassasatu Ummil Qura’)
Inilah yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs ِAn Nahl: 97)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Huud: 3)
Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Ibnul Qayyim mengatakan, “Dalam ayat-ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)
Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat, yang dirasakan sangat berat oleh orang-orang munafik, sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وجعلت قرة عيني في الصلاة
“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa’i 7/61 dan imam-imam lainnya, dari Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagiir, hal. 544)
Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. (Lihat Fatul Qadiir, Asy Syaukaani, 4/129)
Sikap seorang mukmin dalam menghadapi masalah
Dikarenakan seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, maka masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan karena keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)
Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)
Inilah sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala dalam mengahadapi musibah tersebut. Tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.
Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allah senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan). Sungguh Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs An Nisaa’: 104)
Oleh karena itu, orang-orang mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan. Akan tetapi, orang-orang mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allah Ta’ala.” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 421-422, Mawaaridul Amaan)
Hikmah cobaan
Di samping sebab-sebab yang kami sebutkan di atas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang diberlakukan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Karena dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah Ta’ala.
Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:
أنا عند ظنّ عبدي بي
“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HSR al-Bukhari no. 7066 dan Muslim no. 2675)
Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala. (Lihat kitab Faidhul Qadiir, 2/312 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/53)
Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:
[Pertama]
Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan hal. 422, Mawaaridul Amaan). Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, no. 143)
[Kedua]
Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 424, Mawaaridul amaan) Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HSR Muslim no. 2999)
[Ketiga]
Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, karena Allah menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 423, Mawaaridul Amaan dan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, hal. 461, Cet. Dar Ibni Hazm). Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HSR Al Bukhari no. 6053)
Penutup
Sebagai penutup, kami akan membawakan sebuah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang gambaran kehidupan guru beliau, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah merahmatinya–. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allah Ta’ala takdirkan bagi dirinya.
Ibnul Qayyim bercerita, “Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada gurunya, Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, aku mendapati beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)
Adalah laksana Musim Dingin,Basah Dan Lembab
Tidak Di Sukai Insan
Tetapi sesudah musim sejuklah
Tumbuh Bunga-Bunga Yang Harum
Dan Buah-Buahan Yang Subur
Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik kesusahan maupun kesenangan, sebagai sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Allah Ta’ala berfirman,
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs Al Anbiya’: 35)
Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata, “Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)
Kebahagiaan hidup dengan bertakwa kepada Allah
Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan Hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia
dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu.” (Qs al-Anfaal: 24)
Ibnul Qayyim -semoga Allah Ta’ala merahmatinya- berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin.” (Kitab Al Fawa-id, hal. 121, Cet. Muassasatu Ummil Qura’)
Inilah yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs ِAn Nahl: 97)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Huud: 3)
Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Ibnul Qayyim mengatakan, “Dalam ayat-ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)
Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat, yang dirasakan sangat berat oleh orang-orang munafik, sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وجعلت قرة عيني في الصلاة
“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa’i 7/61 dan imam-imam lainnya, dari Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagiir, hal. 544)
Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. (Lihat Fatul Qadiir, Asy Syaukaani, 4/129)
Sikap seorang mukmin dalam menghadapi masalah
Dikarenakan seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, maka masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan karena keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)
Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)
Inilah sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala dalam mengahadapi musibah tersebut. Tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.
Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allah senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan). Sungguh Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs An Nisaa’: 104)
Oleh karena itu, orang-orang mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan. Akan tetapi, orang-orang mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allah Ta’ala.” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 421-422, Mawaaridul Amaan)
Hikmah cobaan
Di samping sebab-sebab yang kami sebutkan di atas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang diberlakukan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Karena dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah Ta’ala.
Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:
أنا عند ظنّ عبدي بي
“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HSR al-Bukhari no. 7066 dan Muslim no. 2675)
Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala. (Lihat kitab Faidhul Qadiir, 2/312 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/53)
Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:
[Pertama]
Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan hal. 422, Mawaaridul Amaan). Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, no. 143)
[Kedua]
Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 424, Mawaaridul amaan) Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HSR Muslim no. 2999)
[Ketiga]
Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, karena Allah menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 423, Mawaaridul Amaan dan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, hal. 461, Cet. Dar Ibni Hazm). Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HSR Al Bukhari no. 6053)
Penutup
Sebagai penutup, kami akan membawakan sebuah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang gambaran kehidupan guru beliau, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah merahmatinya–. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allah Ta’ala takdirkan bagi dirinya.
Ibnul Qayyim bercerita, “Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada gurunya, Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, aku mendapati beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)
Perempuan yang di RINDUKAN??????
Jika kita mendengar dari percakapan sekelompok pria yang membicarakan tentang kriteria seorang perempuan sebagai pendamping dalam hidupnya, pasti banyak sekali yang menjadi kriteria. misalnya saja si A berkata saya mengharapkan seorang wanita yang cantik, menarik, sexy, tapi sholehah. kemudaian si B berkata kalo saya seh cukup pantas disanding buat kondangan. si C berkata kalo saya seh yang lengkap bisa masak pinter dan juga smart. si D kalo saya yg sholehah dan istiqomah, dan masih banyak lagi kriteria yang di idamkan oleh laki2 dalam memilih perempuan sebagai istri yang didambakan mendampingi selamanya.
ada pembelajaran dan renungan ketika membaca perempuan yang dirindukan yaitu : Perempuan yang dirindukan bukanlah perempuan yang berIPK 3,9 atau 4, namun bisa jadi ia adalah perempuan yang secara akademik biasa- biasa saja, kalau memakai istilah sahabat sahabat di kampus nilai standar, artinya tidak harus cumlaude tapi juga gak oneng lah, dia tak pintar tapi cerdas menggunakan akalnya, dia bukan perempuan dengan ambisi berlevel 10 untuk mengalahkan kaum pria dan menjadikan emansipasi kebablasan, karena akalnya cukup cerdas untuk berjihad dengan jalan masing masing, rumahnya adalah madrasah untuk anak anaknya…
Perempuan yang dirindukan adalah perempuan yang memiliki kelembutan Khadijah, ketabahan Fatimah dan kecantikan Aisyah… Perempuan ini kelihatan lemah lembut namun tak ada satu pria yang gagah mampu menjamahnya dengan kekerasan atau paksaan, semua ingin melindunginya karena hijabnya itu loh :) hijabnya adalah tameng napsu, senyum manis tersipu yang disembunyikan dibalik wajah yang tertunduk adalah pedang penebas napsu yang membunuh siapa saya yang berniat buruk padanya :)
Perempuan yang dirindukan adalah perempuan yang menyembunyikan sorot tajam matanya dari tatapan dan saling menatap, tatapannya hanya seperlunya terbalut oleh sipu malu, tapi semua orang terpesona oleh tunduk matanya ini, semua takjub dan semua kagum, dimata manusia ia adalah pelita dan dimata ALLAH ia adalah mutiara :) subhanallah…
Ia indah bukan karena cantik parasnya tapi cantik hatinya, jika siang ia berhijab dan jika malam jangan cari ia dikebisingan lampu lampu sorot kota, atau ditengah kebisingan dunia karena ia berada diatas sajadah, meletakan kening beningnya dan memohon ampunan kepada ALLAH atas ria, atas fitnah dan atas khayalan kaum Adam yang memujanya, matanya sembab karena takut kepada ALLAH jika kecantikannya telah menjadikannya tangan setan untuk menjadi penggoda karena pada naluri setiap perempuan ingin dipuja :)
Perempuan yang dirindukan adalah perempuan yang lugu namun tidak bodoh, pikirannya jernih karena diamnya adalah dzikir dan bicaranya adalah dakwah, ia tak pernah kehilangan arah karena Al Quran dan Hadits telah dijadikannya GPS [global positioning system] hidupnya, setiap langkahnya ia niatkan untuk mencari ridho ALLAH, ujian dan bahagia dijadikannya ladang ibadah :)
siapa yang tak ingin menjadi wanita seperti ini dan siapa yang tak ingin menjadikannya istri :) semoga semua perempuan termasuk saya akan mulai mengikuti langkahnya karena perempuan seperti ini adalah oase di padang tandus, pelita dikegelapan dan ia adalah bidadari yang diturunkan ALLAH ke bumi untuk menjadi kalifah, iya inilah perempuan yang sangat diinginkan kehadirannya oleh bumi dan dinantikan kepulangannya di syurga :)
amin ya ALLAH…..jadikanlah kami perempuan yang dapat menjadi petunjuk ke jalanMU ya ALLAH hanya jalanMU ^_^
ada pembelajaran dan renungan ketika membaca perempuan yang dirindukan yaitu : Perempuan yang dirindukan bukanlah perempuan yang berIPK 3,9 atau 4, namun bisa jadi ia adalah perempuan yang secara akademik biasa- biasa saja, kalau memakai istilah sahabat sahabat di kampus nilai standar, artinya tidak harus cumlaude tapi juga gak oneng lah, dia tak pintar tapi cerdas menggunakan akalnya, dia bukan perempuan dengan ambisi berlevel 10 untuk mengalahkan kaum pria dan menjadikan emansipasi kebablasan, karena akalnya cukup cerdas untuk berjihad dengan jalan masing masing, rumahnya adalah madrasah untuk anak anaknya…
Perempuan yang dirindukan adalah perempuan yang memiliki kelembutan Khadijah, ketabahan Fatimah dan kecantikan Aisyah… Perempuan ini kelihatan lemah lembut namun tak ada satu pria yang gagah mampu menjamahnya dengan kekerasan atau paksaan, semua ingin melindunginya karena hijabnya itu loh :) hijabnya adalah tameng napsu, senyum manis tersipu yang disembunyikan dibalik wajah yang tertunduk adalah pedang penebas napsu yang membunuh siapa saya yang berniat buruk padanya :)
Perempuan yang dirindukan adalah perempuan yang menyembunyikan sorot tajam matanya dari tatapan dan saling menatap, tatapannya hanya seperlunya terbalut oleh sipu malu, tapi semua orang terpesona oleh tunduk matanya ini, semua takjub dan semua kagum, dimata manusia ia adalah pelita dan dimata ALLAH ia adalah mutiara :) subhanallah…
Ia indah bukan karena cantik parasnya tapi cantik hatinya, jika siang ia berhijab dan jika malam jangan cari ia dikebisingan lampu lampu sorot kota, atau ditengah kebisingan dunia karena ia berada diatas sajadah, meletakan kening beningnya dan memohon ampunan kepada ALLAH atas ria, atas fitnah dan atas khayalan kaum Adam yang memujanya, matanya sembab karena takut kepada ALLAH jika kecantikannya telah menjadikannya tangan setan untuk menjadi penggoda karena pada naluri setiap perempuan ingin dipuja :)
Perempuan yang dirindukan adalah perempuan yang lugu namun tidak bodoh, pikirannya jernih karena diamnya adalah dzikir dan bicaranya adalah dakwah, ia tak pernah kehilangan arah karena Al Quran dan Hadits telah dijadikannya GPS [global positioning system] hidupnya, setiap langkahnya ia niatkan untuk mencari ridho ALLAH, ujian dan bahagia dijadikannya ladang ibadah :)
siapa yang tak ingin menjadi wanita seperti ini dan siapa yang tak ingin menjadikannya istri :) semoga semua perempuan termasuk saya akan mulai mengikuti langkahnya karena perempuan seperti ini adalah oase di padang tandus, pelita dikegelapan dan ia adalah bidadari yang diturunkan ALLAH ke bumi untuk menjadi kalifah, iya inilah perempuan yang sangat diinginkan kehadirannya oleh bumi dan dinantikan kepulangannya di syurga :)
amin ya ALLAH…..jadikanlah kami perempuan yang dapat menjadi petunjuk ke jalanMU ya ALLAH hanya jalanMU ^_^
Selasa, 29 Juni 2010
Catatan buat Para Pengemban Da’wah tentang Percaya Diri (mari mengasah, mari bergerak)

Masalah yang satu ini emang nggak ada habis-habisnya, karena hampir dialami oleh kebanyakan orang atau mungkin semua orang! PD melibatkan banyak hal dari hidup kita, mulai dari belajar sampai memimpin. Oleh karena itu, bisa dibilang kalo orang yang kurang PD rata-rata akan kehilangan 70% dari makna hidupnya. PD juga bisa mempunyai rumus turunan (derivat) (kayak matematik aja ya hehehe) seperti rasa pesimisme, utopis, dan malu tidak pada tempatnya, serta masih banyak lagi yang akhirnya akan merugikan orang yang bersangkutan itu sendiri, nah karena itulah mengapa masalah ini cukup urgent untuk dibahas karena, mau tak mau, suka tak suka kita akan banyak berinteraksi dengan masyarakat.
Penyebab utama seorang anak manusia menjadi tidak PD adalah karena merasa kemampuan yang dimilikinya ‘relatif’ kurang dibandingkan sekelilingnya atau saingannya, atau merasa tak pantas melakukan sesuatu , merasa malu, takut bila semuanya tidak berjalan sebagaimana mestinya dll, dan banyak pertanyaan seperti “kalo salah ntar gimana yah…..?”, “bisa nggak ya…?”, “apa aku pantas….?” Atau pernyataan seperti “aku mau melakukanya, tapi ini bukan saat yang tepat…” atau “ah, masih ada kesempatan lain” dan lain-lainya yang pada intinya seorang yang tidak PD akan selalu merasa dirinya ‘tidak selevel, atau tidak akan bisa seperti itu’. Lalu, bagaimana caranya mengatasi krisis tersebut secara positif?
Saya sering mengibaratkan diri saya sendiri dengan seorang pemburu. Seorang pemburu akan mempersiapkan segala macam yang diperlukanya untuk berburu sebelum ia pergi, dengan kata lain, agar kita menjadi Percaya diri dalam mengerjakan sesuatu, maka persiapan kita pun harus matang terlebih dahulu. Persiapan ini menyangkut segala bentuk segi, misalnya seorang pemburu akan menentukan target terlebih dahulu, binatang apa yang ingin diburunya, lalu mencari tahu tentang hewan buruanya itu, mulai dari kelebihanya, kekuranganya, tempat hidupnya, kebiasaanya, makananya, kelemahanya, kekuatanya, kecepatan larinya, dan segala macam informasi yang lainya. Selain mencari tahu tentang buruan, ia juga akan senantiasa menyiapkan senjatanya, memilih peluru yang digunakan, berapa jauh jangkauanya, seberapa kuat tolakanya, seberapa kuat bunyinya dan hal-hal lain yang juga bisa berpengaruh terhadap pemburuanya itu, tak lupa ia juga melatih dirinya sendiri agar siap memburu buruanya, tahu apa kelebihanya, kekuranganya, ketelitian, kecerobohan, serta hal-hal yang lainya. Selain itu ia sendiri haruslah yakin bahwa yang dilakukanya adalah hal yang benar dan tidak menimbulkan kerugian, baik pada dirinya dan bagi orang lain.
Melalui pedoman si pemburu tadi, maka ada beberapa tips yang bisa saya bagikan kepada oknum-oknum yang sedang tidak percaya diri…
Sebagai seorang muslim, saya menganalisis bahwa salah satu penghambat dakwah islam adalah karena ketidak PD an hamlud da’wah, karena itu tulisan saya sekali ini lebih menitikberatkan bagaimana tips agar PD dalam berdakwah. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan ke hal-hal yang lainya
1. Agar PD dalam berda’wah pertama kali kita harus paham apakah sesuatu yang kita lakukan/dakwahkan adalah sesuatu yang benar, tidak mungkin anda bisa meyakinkan seseorang atau menyukseskan suatu pekerjaan bila anda sendiri tidak yakin atau tidak tahu apakah hal itu benar ataukah salah. Oleh karena itu keyakinan atas sesuatu itu menjadi hal yang sangat urgent, yakinlah bila kita yakin pada sesuatu kita akan lebih PD.
2. Sebagai seorang muslim, standar halal haram kita adalah hukum syara’, dalam berbuat apapun, motivasi kita yang pertama haruslah diniatkan ikhlas karena memenuhi seruan dari Allah SWT, bukan karena hal-hal lain. Misalnya, motivasi utama kita tidak berzina bukan karena malu, tapi karena ada larangan dari Allah SWT, malu harusnya menjadi motivasi ke sekian. Motivasi utama kita belajar harusnya bukanlah untuk bekerja atau memenuhi tuntutan ayah ibu, tetapi haruslah karena diseru Allah untuk mlakukanya, jadi kita harus menjadikan ridho Allah SWT sebagai tujuan segala aktivitas kita. Selain niat, caranya pun harus benar, karena syarat-syarat amal yang baik (ihsanul amal) adalah niat dan cara yang benar.
3. Bertolak belakang dari keyakinan yang pasti 100% (tashdiqul jazm) kita terhadap Islam, dan yakinya kita bahwa Islam pasti benar dan kebenaran hanyalah milik islam semata, maka seharusnya seorang muslim tidak kurang PD dalam menjalankan aktivitas-aktivitas yang memang diserukan, karena kita melakukanya bukan untuk dilihat, dipuji ataupun untuka apa-apa dan siapa-siapa, tapi untuk Allah semata! Dan yakinlah, segala macam usaha kita, asal niat dan caranya benar, berhasil atau tidak aktivitas itu, sukses atau gagalnya akan mendapatkan nilai di mata Allah SWT. Lalu jika kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah benar, lantas apalagi yang perlu ditakutkan?
4. Takut dan malu adalah perasaan fitrah dari diri manusia, setiap orang memiliki rasa takut karena ia termasuk potensi manusia, yaitu naluri-naluri (al-ghara’iz) sehingga menghilangkan rasa takut dari diri manusia adalah hal yang tidak mungkin, yang mungkin adalah menyalurkanya dan membuatnya tidak terlihat atau meminimalisir rasa takut itu dengan meyakinkan diri, terkadang kita malu untuk ‘tampil’ karena merasa kita bukan seorang pemberani (penakut) atau seorang pemalu. Hal pertama yang ingin saya tegaskan disini adalah, malu dan takut itu harusnya perasaan kita ketika melanggar hukum-hukum syara, malu dan takut itu harusnya muncul ketika kita sedang mengerjakan kemaksiatan, dengan kata lain, dalam mengerjakan perintah atau seruan dari syara kita harusnya tidak boleh merasa malu atapun takut, karena kita melaksanakan perintah dari pencipta kita, pencipta langit dan bumi, pencipta segala yang ada di alam semesta dan segala keteraturanya! Jadi tidak ada cerita bila kita malu ataupun takut menjalankan perintah atau seruan-Nya, termasuk dalam hal berdakwah dan lain-lainya.
5. Manusia adalah makhluk yang lemah dan sangat terbatas, bahkan segala sesuatu yang ada di dunia inipun memiliki batasanya, contohnya, manusia suatui saat pasti akan mati, dia tak kuasa untuk memajukan atau memundurkan ajal itu barang sesaatpun, manusia juga tidak tahu kapan ajalnya akan menjemput, apakah ketika sholat, apakah ketika belajar, ataupun ketika sedang melakukan maksiat. Yang ingin saya tegaskan disinai adalah, wajar bila manusia itu memiliki kelemahan, itulah hakikat seorang manusia! Dan menurut saya, lebih baik kita menonjolkan kelebihan kita, dan sementara itu memperbaiki kekurangan kita. Hal yang sama berlaku pada orang-orang disekitar kita, saingan kita, teman dan lainya. Mereka juga pasti tidak lepas dari kelemahan dan keterbatasan, sehingga tidak perlu bagi kita untuk merasa kitalah yang paling tidak sempurna, sedangkan mereka jauh lebih baik daripada kita. Jauhkanlah pertanyaan-pernyataan seperti “Kayaknya dia lebih baik daripada saya, saya tidak punya harapan…” itu adalah logika yang salah. Harusnya “Kalau dia juga bisa, kenapa saya tidak?!”
6. Cara mengatasi rasa takut dam malu, selain dengan meyakini apa yang dilakukan, juga bisa dengan cara membiasakan diri dengan ketakutan dan rasa malu itu, jadi seorang yang ingin berhasil dalam sesuatu yang kurang PD nya dalam hal itu tidaklah boleh mundur, karena jika dia tidak pernah mencoba, niscaya tidak akan ada perubahan di dalam dirinya, Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidk akn merubah apa yang ada dalam suatu kaum sampai mereka merubahnya sendiri” sehingga, walaupun takut, walaupun gemetar, walaupun hasilnya kurang baik, tetap hal-hal tersebut harus dilaksanakan, Insyaallah setelah beberapa kali melakukanya semua akan terlihat lebih baik, lebih enak dan lebih tenang. Orang-orang yang paling sukses atau paling percaya diri sekalipun pasti pada awalnya merasa tidak PD, tetapi bedanya dengan orang yang gagal adalah, ketika dia takut maka ia akan mengalahkan ketakutanya itu, bukan tunduk kepadanya.
7. Melihat dari awal perjalanan hidup kita, kita sadar bahwa pada proses penciptaan kita telah terjadi suatu hal yang luar biasa, dalam banyak firmanya Allah SWT telah memberitakan bahwa kita berasal dari mani yang dipancarkan, Ketika seorang suami melakukan (maaf) hubungan badan dengan istrinya maka rata-rata sperma yang keluar pada waktu itu adalah sekitar 500.000.000 (lima ratus juta!) dan sperma-sperma ini bersaing satu sama lain untuk mendapatkan satu sel telur (ovum), jadi dulunya sperma yang akan menjadi kita itu bersaing dengan 499.999.999 sperma lain, atau saingan kita dahulu kala mencapai angka tersebut, sekarang berapakah saingan kita? 10, 40, 100, 1000? Kenapa kita tidak PD bersaing dengan jumlah yang sedikit ini, padahal dulunya kita adalah pemenang dari antara 500.000.000 peserta hehehehehe… jadi nggak ada alasan bagi kita untuk tidak PD dalam bersaing yang sehat! Selain itu, kalian-kalian semua adalah ciptaan-ciptaan sempuna yang khusus, unik dan tiada duanya, yang dihasilkan dari sperma terbaik! Bisakah anda bayangkan bila bukan sperma yang terkuat yang membuiahi sel telur itu, apakah kita akan seperti ini? saya rasa tidak, karena dalam perjalananya menuju sel telur adalah proses seleksi sperma dan yang terbaiklah yang akan mampu, sehingga kita semua adalah benih-benih terbaik!
8. Hal yang terakhir adalah, kita, sebagai manusia yang selalu merasa rendah adalah hal yang wajar, tetapi akan sangat bagus bila perasaan itu dipadukan dengan akal dan ditempatkan di tempat yang seharusnya, untuk mencapai ketenangan hidup, kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup, kita tidak boleh hanya membandingkan diri dengan orang yang lebih ‘atas’ tetapi haruslah juga kita melihat ke ‘bawah’ betapa masih banyaknya orang yang lebih tidak beruntung daripada kita, tetapi orang yang di ‘atas’ juga bisa dijadikan contoh.
Tulisan ini adalah karangan manusia, belumlah final, jadi perlu pengembangan pemikiran dari pembacanya, semoga tulisan ini dapat membantu perjuangan da’wah kita semata hanya untuk Allah Ta’ala, semoga bermanfaat
Felix Siauw
Islamic Inspirator
The Fifth Rashidoon (Kisah Sang Khalifah. Dibawakan dengan 'meremaja'. Moga bermanfaat)

Pada suatu malam Khalifah Umar ibn Khathab seperti biasa melakukan inspeksi untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Hanya dikawal dengan seorang ajudannya, Khalifah menyamar agar tidak diketahui identitasnya. Hal itu dilakukannya agar dia bisa mengetahui secara jelas dan pasti bagaimana kondisi rakyatnya yang sebenarnya. Khalifah mah ke-mana2 nggak dikawal kaya’ presiden sini. Khalifah bener2 menyatu dengan rakyat. Nggak ada jarak diantara pemimpin dengan rakyatnya. Saat Khalifah dan ajudannya melewati sebuah gubug, secara nggak sengaja dia mendengar percakapan antara seorang gadis dengan ibunya. Ternyata gadis dan ibunya itu adalah penjual susu. Si ibu rada2 lihay, dia nyuruh anak gadisnya itu untuk mencampur susu mereka dengan air, biar jadi banyak dan bisa mendatangkan keuntungan lebih oke. Tapi si gadis yang saleh itu menolak. Kata si Gadis, Khalifah telah melarang para penjual susu untuk mencampur susunya dengan air. Si ibu karena emang udah dasarnya lihay, dia malah bilang bahwa Khalifah mah nggak bakalan tau semua ini! Tapi karena emang si Gadis ni udah dasarnya solehah, dia malah bilang bahwa Tuhannya Khalifah tau semuanya.
Khalifah dan ajudannya langsung cabut dari sana dan melanjutkan inspeksi. Besok paginya, Khalifah memerintahkan ajudannya untuk ke pasar dan membeli susu si gadis solehah itu. Si Ajudan langsung berangkat, dia obrak-abrik pasar (bahasanya lebay amat) buat nemuin si gadis solehah, akhirnya ketemu juga. Si Ajudan beli susu si Gadis solehah dan langsung membawanya pulang kepada Khalifah. Di kantornya Khalifah mencicipi susunya si Gadis salehah itu, untuk membedakan susunya dicampur air apa nggak. Ternyata susunya itu tetep murni dan nggak dicampur air sedikit pun. Khalifah memerintahkan si Ajudan buat memanggil si Gadis dan Ibunya ke kantor. Karena kagum dengan ketakwaan si gadis, Khalifah kemudian merekomendasikan si Gadis salehah itu kepada puternya, Abdullah ibn Umar. Karena si Gadis salehah dan Abdullah sama2 naksir (wit…wuiww), maka mereka berdua dinikahkan. Dari rahim perempuan salehah dan dari benih laki2 saleh itulah kemudian lahir seorang gadis bernama Layla, dan dari rahim Layla-lah lahir Umar ibn Abdul Aziz. Seorang Khalifah yang dengan takzim gelari sebagai Rasyidun Kelima.
Umar ibn Abdul Aziz dilahirkan pada sekitar Februari 682 M. Putra dari Abdul Aziz ibn Marwan. Dia dilahirkan di Madinah dan sampai ayahnya meninggal dia tetap di Madinah. Kemudian dia dipanggil ke Damaskus oleh Khalifah Abdul Malik untuk menikah dengan putrinya, Fatimah. Tak lama kemudian Khalifah Abdul Malik meninggal dan dia diangkat menjadi wali (gubernur) di Madinah, di bawah pemerintahan sepupunya Khalifah Al-Walid I. Karena provokasi dari Al-Hajjaj ibn Yusuf, seorang wali yang zalim di Irak, Al-Walid I memberhentikan Umar dari jabatannya, dan rakyat kecewa dengan hal itu. Namun rakyat tetap mencintai Umar. Umar tetap tinggal di Madinah sampai Al-Walid I digantikan oleh saudaranya, Sulaiman. Sulaiman sangat mengagumi Umar. Ketika tiba waktunya, Sulaiman malah merekomendasikan Umar untuk naik menjadi Khalifah. Sulaiman tidak merekomendasikan anak atau saudaranya sendiri. Dengan segan dan berat hati Umar menerima jabatan itu setelah dia berusaha keras untuk menolak permintaan Sulaiman. Penunjukan Umar sebagai Khalifah murni karena kemampuan dan ketakwaannya, bukan karena keturunan seperti yang saat itu selalu terjadi dalam tiap pengangkatan Khalifah. Dia nggak parno sama jabatan.
Umar ibn Abdul Aziz adalah seorang Khalifah yang saleh dan zuhud. Dia tidak tinggal di istana seperti khalifah2 Bani Umayyah pendahulunya. Dia lebih memilih tinggal di rumah yang sederhana. Dia menyedekahkan hartanya untuk kepentingan rakyat dan mendorong istrinya yang merupakan anak seorang Khalifah untuk menyedekahkan perhiasannya juga untuk rakyat. Dia menyita harta yang tidak halal yang dimiliki pejabat2 Bani Umayyah dan menyerahkannya kepada Baitul Mal (keuangan negara Khilafah). Dia lebih memilih berbaju kain linen kasar dan bertambal daripada berjubah mewah khas Khalifah2 Bani Umayyah sebelumnya. Pemerintahannya persis seperti pemerintahan kakek buyutnya (Khalifah Umar ibn Khathab). Umar juga memerintahkan untuk mengumpulkan hadis agar tidak hilang dan menyeleksinya dari hadis2 palsu. Abu Bakr ibn Muhammad ibn Hazm dan Ibn Shihab al-Zuhri, adalah beberapa ulama yang menjalankan tugas suci itu. Pada masa pemerintahannya pulalah Afrika mencapai kemakmuran yang tiada terkira. Tidak ada yang mau menerima zakat di Afrika. Semuanya menjadi muzakki (pemberi zakat). Luar biasa, Padahal dia memimpin hanya dalam waktu sekitar 3 tahun (sekitar tahun 717 M – 720 M), dan dia memimpin wilayah yang sangat luas. Apa rahasianya ya? Rahasianya karena dia memimpin dengan menerapkan syariat Islam. Seluruh rakyat mencapai kemakmuran. Pada masa pemerintahannya pula Konstantinopel berusaha ditaklukkan di bawah pimpinan Maslama (sepupu Umar), namun gagal.
Di mana2 juga pasti ajah ada orang usil yang ga demen sama kebaikan. Bangsawan2 Bani Umayyah pada nggak suka sama sikap Umar yang zuhud dan mengutamakan kepentingan rakyat. Lantas mereka menyogok seseorang untuk meracuni makanan Umar. Umat menyadari hal itu saat dia terbaring di tempat tidurnya. Si pelaku kemudian dikejar dan ditangkap. Namun Umar memaafkannya. Ya Allah, kapan kita dipimpin lagi oleh orang mulia kaya’ Umar ibn Abdul Aziz. Pemimpin kaum muslim sekarang mah KAAACCCCRRRUUUT semua (emosi). Uang diyat (denda) dari kejahatan itu diserahkannya kepada Baitul Mal demi kepentingan rakyat. Karena racun di makanannya itu, pada sekitar tanggal 10 Februari 720 M, Khalifah Umar ibn Abdul Aziz berpulang ke rahmatullah dengan tenang. Innalillahi wa inna ilayhi raji’un. Dunia menangis, satu lagi pemimpin adil telah pulang!
Oleh: Sayf Muhammad Isa
”.... Jalan ini bernama Jalan Matahari...” (Berbagi Semangat. Barangkali kamu sedang Futur)

Saya selalu mengagumi matahari. Dan sebelum saya, telah banyak orang-orang yang mengaguminya. (Buktinya ada dewi matahari, bunga matahari atau toko matahari, heheheh.....) Hemm, Cahayanya dahsyat, panasnya luar biasa. Dialah sumber hidup dan kehidupan. Tanpanya semesta menghitam, dimana senyum anak-anak manusia menyambutnya tiap fajar.
”Kau lah matahariku, sayang” seorang pria sedang menggombal, dan matahari dijadikan kambing hitam.
”Aku ingin segagah matahari, terang dan menantang” seorang tengah berpuisi, dan lagi-lagi matahari jadi sasaran.
Namun jika kita resapi bunyi hadist dibawah ini, kita akan tercengang (Ini bukan gombal lohh...). Hati kita membesar, kaki dan tangan ingin bergerak. Dan panjatkanlah: ”duhai Allah, aku ingin menjadi matahari”
”Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Luar biasa!
Begitulah janji Allah pada hamba yang berupaya menyampaikan hidayah. Menyampaikan Hidayah atau petunjuk-Nya adalah jalan dakwah, dimana Allah memuja-muji para pelakunya di hadapan para malaikat. Seorang bocah yang dipuji ibunya, tentu bukan main senangnya. Istri yang dipuji kecantikannya oleh suami, bisa dibayangkan wajah itu akan tersipu riang. Kali ini tidak tanggung-tanggung, wahai kawan! Allah ta’ala, Sang Penguasa Segala Sesuatu memuji kita. Yakni ketika kita menceburkan diri dalam dakwah. Bahkan derajat orang-orang yang berupaya menyampaikan hidayah tak ubahnya matahari yang terbit dari fajar hingga terbenamnya.
So, udah ngga jamannya lagi berdiam diri apalagi cuma mikirin diri sendiri. Mau untung apa buntung?! M-a-t-a-h-a-r-i,,,, matamu mengetahui seperti apa hari ini harus dilewati. Bulatkan tekad untuk dakwah!
Duhai kawan... Ketahuilah, bumi terus berputar pada porosnya! Siang dan malam datang silih berganti. Tak ada satu jalan pun yang bebas hambatan. Lurus belum berarti mulus. Begitu pun jalan dakwah, sang jalan matahari. Ada kalanya Allah memenangkan kebenaran dan ada masanya pula Allah memenangkan kebatilan sebagai ujian kepada manusia. Terutama para pengemban risalah-Nya.
Gentar kah? Takut ? Mundur? Maju terus ?
Jika gentar dan takut, itu wajar. Karena begitulah variasi orang yang diuji. Kadang ketar-ketir dan ”keringat dingin”. Takut diledekin teman, takut dikucilkan lingkungan, khawatir seret keuangan, sulit dapat jodoh.... dan ketakutan lainnya. Namun cukuplah takut itu akhirnya tertaklukkan oleh ketakutan kita kepada Allah. Bukankah rasa takut itu pun berada dalam genggaman-Nya? Maka mintalah pada-Nya hati yang tak tergentarkan, bahu yang kokoh menanggung beban. Jadilah matahari yang menjadikan lampu-lampu pijar tiada berguna. Jadilah kita penerang di dahan dan ranting yang kesepian. Teroboslah segala ketakutan kita akan cemooh, gunjingan dan fitnah. Bersama Allah, kita bisa!
”Karena itu berdakwahlah dan tetaplah konsisten sebagaimana diperintahkan kepadamu” (TQS. Asy-Syura:25)
-000-
Oleh: Alga Biru
Istri Sang Koruptor

Siapa istri yang tak bangga suaminya naik pangkat, serta tiba-tiba sang istri menjadi mahir berorganisasi ketika menduduki jabatan sebagai ketua darma wanita, ketua persatuan para istri, ketua ini dan ketua itu?
Semua orang memandang dengan hormat, tanpa mereka perlu tahu bagimana latar belakang pendidikan dan pengalaman berorganisasi sang istri itu sendiri, bagaimana kondisi kepandaian sang istri pejabat yang dalam hal ini tiba-tiba semua perkataannya dituruti, dipatuhi dan semua idenya menjadi sangat brilian. Selain itu bahkan menjadi suatu kebijakan tak tertulis yang diikuti oleh semua staf wanita dibawahnya maupun staf sang suami.
Terkadang sang suami nampak kebingungan ketika ada suatu kebijakan yang tidak diucapkannya, namun telah dilakukan oleh staf-stafnya, seperti pemakaian baju batik pada hari senin. Ketika dikonfirmasi, ternyata sang istri telah memberikan peraturan baru, yang dipatuhi oleh seluruh staf baik lama maupun baru dengan gembira. Namun hal ini membuat anggaran belanja negara akhirnya menjadi bertambah untuk sesuatu yang dirasa perlu tetapi tidak penting.
Sedikit demi sedikit, anggaran menjadi membukit dan ketika sang suami menerima kunjungan dari pengusaha manapun, maka sang istri dengan gembira menikmati fasilitas yang disediakan. Asyiknya terkadang tempatnya berbeda-beda. Dan dengan alasan menemani bapak, maka istri-istri ikut acara apapun. Hal inilah yang mengakibatkan anggaran membengkak. Sang suami yang harus rapat serta tugas dinas, namun si istri yang mendapatkan fasilitas jalan-jalan dan cuci mata, juga membeli ini dan itu yang berjumlah sangat banyak, yang sebetulnya tidak perlu. Tentu saja, dengan alasan untuk membantu penghargaan kepada rakyat daerah yang telah membuat hasil karyanya.
Amplop yang diterima oleh sang suami atas anggapan sebuah kerja keras untuk negarapun terkadang dihitung dengan membaca ‘bismillah’, disisihkan sedikit untuk zakat, sedekah pesantren-pesantren dan sisanya disimpan baik baik dalam rekening yang berbeda beda. Semakin tahun, semakin pandai sang istri menghitung uang dan menglokasikannya. Akhirnya, semakin banyak kenalannya di bank-bank, baik dalam maupun luar negeri.
Dengan bertambahnya usia sang suami, jabatan dan kekuasaan bertambah pula dengan pendapatan siluman yang membuat sang istri mendapat pujian dari sana sini sebagai istri yang berhasil mendukung karier suami, plus istri dermawan yang rajin membagi-bagi uang kepada sanak saudara dikampung, fakir miskin dan beberapa pesantren terkenal di negeri ini.
Untuk beramal ataukah sebagai pencuci dosa?
Dan ketenangan sebagai istri pejabat pun semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usia, karena bayangan uang yang tidak akan habis 7 turunan serta pernikahan anak-anaknya yang dibiayai dengan sangat megah, serta cukupnya uang untuk bekal anak-anaknya membuka perusahaan, membuat sang istri bersiap-siap menghadapi masa tuanya dengan rajin mengikuti pengajian.
Tak lama kemudian, sudah ada di koran-koran, sosok sang istri dengan jilbab dan baju muslim yang nampak anggun membalut tubuh, bibir tipis yang kemerahan sesekali mengeluarkan irama dzikir serta sang suami dengan baju koko dan kopiah selalu menjadi sosok yang dihormati karena tidak pernah tinggal sholat lima waktu dan juga mudah didekati untuk memberikan sedekah bagi staf dan keluarganya.
Dan.., bom apa yang paling hebat yang menimpa sebuah keluarga, bila akhirnya sebelum ajal menjemput, sang istri hanya menjumpai sms dari suaminya yang berbunyi, ”Mah, tolong siapkan baju dan makanan yang ku sukai karena malam ini aku mungkin menginap dikantor polisi atas dakwaan dari orang yang tidak kebagian, atas projek senilai 3 trilun ketika anak pertama kita masih kuliah dan kita masih tinggal di Kupang.”
Dengan cepatnya, surat kabar keesokan harinya menampar wajah mereka sekeluarga, lirikan sinis supir dan asisten di kantor suaminya serta satpam dirumah, membuat istri pejabat tidak lagi dapat mendengak dengan anggun. Gelar baru sudah tertempel didahinya, yaitu “Istri sang koruptor”
"Mah..., doakan papa yaa..." demikian kata suaminya dari balik tirai penjara berlinang airmata.
"Ya, pa... mama akan selalu setia pada papa, bukankah uang papa, mama makan juga...? tenang ya pa..., uang kita masih banyak untuk membeli pengacara terkenal di negeri ini."
Astagfirullah, mereka lupa, pengadilan di dunia dapat dibeli, namun pengadilan di akhirat, siapa yang bisa beli...?
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: Kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (yaitu Syurga)."[QS. Ali-Imran (3) :14]
Minggu, 27 Juni 2010
" SERAHKAN BARANG KEPADA PEMILIKNYA "
" SERAHKAN BARANG KEPADA PEMILIKNYA "
Saudaraku kaum muslimin serta para Aktivis Islam yang senantiasa dalam lindungan dan rahmat Allah Swt, sesungguhnya Anda telah menjual jiwa Anda kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itu, anda tidak mempunyai pilihan lain harus menyerahkan barang kepada pembelinya.
Allah Swt berfirman:
“ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta mereka (yang dibayar) dengan surge untuk mereka” (TQS. At-Taubah : 111)
Jika Allah telah menerima ‘barang’ yang Dia ‘beli’, yaitu diri kita, tentu Dia bebas memperlakukan kita semau-Nya dan meletakkan diri kita ditempat yang Dia sukai. Allah sah-sah saja menempatkan diri kita di istana atau dipenjara, atau memakaikan ‘baju’ mewah pada diri kita, atau membuat diri kita nyaris ‘telanjang’, kecuali aurat kita, atau menjadikan diri kita kaya ataupun miskin, atau menjadikan diri kita berumur panjang, atau membuat kita mati ditiang gantungan, ditangkap musuh lalu dibunuh atau dicincang.
Pantaskah penjual kambing marah, atau hatinya berubah kepada pembeli kambing saat pembeli kambing itu menyembelih kambing yang dibelinya? Tidakkah anda mendengar tentang apa yang telah terjadi pada Singa Allah dan Singa Rasul-Nya, yakni Hamzah bin Abdul Muthalib ra.? Perutnya dibelah, hatinya dikeluarkan, iapun dicincang (HR Ahmad, dari penuturan Ibn Mas’ud, dalam Musnad Ahmad, I/463).
Demikian pula para Sahabat Nabi saw. Yang gugur sebagai syuhada dimedan Perang Uhud; mereka diperlakukan oleh orang-orang kafir seperti itu , perut mereka dibelah, telinga dan hidung mereka dipotong-potong, bahkan Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy menjadikan hidung dan telinga para Sahabat sebagai gelang kaki dan tangan mereka. Hindun binti Utbah lalu menghadiahkan gelang kaki, gelang tangan dan anting-antingnya kepada budak bernama Wahsyi, sang pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, sebagai imbalan atas prestasinya membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. (HR. Ibnu Ishaq, dari penuturan Shalih bin Kisan, dalam Sirah Ibn Hisyam, II/91)
Bahkan tidakkah anda mendengar apa yang telah terjadi pada Rasulullah Saw., juga dalam perang uhud? Saat itu wajah Beliau terluka dan gigi antara gigi seri dan gigi taring Beliau rontok (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ibn Majah; dari penuturan Anas bin Malik). Bahkan Beliau hidup dalam cobaan demi cobaan yang bertubi-tubi. Sungguh benar Ibnu al-Jauzi saat berkata, “Bukankah Rasulullah saw. layak berkata, ‘Siapa yang melindungiku? Siapa yang menolongku?’ beliau perlu masuk ke Makkah dalam perlindungan orang kafir dan meletakkan senjata. Para Sahabat Beliau dibunuh, Para Sahabat Beliau yang baru masuk Islam dirayu oleh pihak lain sedemikian rupa agar keluar dari Islam, lalu beliau sendiri mengalami kelaparan. Namun beliau tetap tegar dan tidak tergoyahkan, beliau sering diuji dengan kelaparan hingga beliau mengikatkan batu di perut-perut Beliau, padahal kekayaan dilangit dan dibumi Allah.
Para Sahabat Beliau dibunuh, wajah Beliau terluka, gigi antara gigi seri dan gigi taring beliau tercabut. Paman Beliau dari jalur ayah dicincang. Namun beliau diam dan tidak bereaksi apa-apa. Beliau dianugerahi anak laki-laki, tetapi ia meninggal dunia tidak lama setelah itu. Beliau dianugerahi Hasan dan Husain, lalu Beliau diberitahu Allah bahwa keduanya kelak dibunuh. Beliau merasa sakit luar biasa saat nyawa tercabut, saat itu Beliau terbaring diatas kain using dan sarung kasar, tanpa penerang lampu.” (Ibn al-Jauzi, Shayd al-Khathir, 257-261)
Karena itulah Saudaraku yang dimuliakan Allah, renungkanlah kisah para Nabi dan para Rasul yang notabene merupakan makhluk pilihan Allah yang paling Allah Muliakan dan Allah cintai. Nabi Ibrahim as. di lemparkan di dalam api, Nabi Zakaria as digergaji, Nabi Yahya as disembelih, Nabi Ayub as didera ujian selama bertahun-tahun hingga kehilangan harta dan anak-anaknya, Nabi Yunus as dipenjara didalam perut ikan hiu, Nabi Yusuf as dijual dengan harga murah dan dibui beberapa tahun. Dalam menghadapi itu semua, mereka ridha dengan Allah SWT dan Takdir-Nya.
Salah seorang generasi salaf pernah berkata, “Seandainya tubuhku digergaji dengan banyak gergaji, hal itu lebih aku sukai daripada aku mengatakan tentang sesuatu yang telah menjadi qadha’ (ketetapan) Allah, ‘Kalau saja hal itu tidak terjadi.’
Yang lain berkata, “Aku telah berbuat suatu dosa yang aku tangisi selama tiga puluh tahun.” Padahal orang tersebut rajin beribadah. Ia lalu ditanya, “Dosa apa itu?” Orang itu berkata, “Suatu ketika aku berkata tentang sesuatu yang telah terjadi, “Ah, kalau saja sesuatu itu tidak terjadi.”
Karena itu, Saudaraku, jadilah Anda seperti mereka. Mereka tiada pernah membernturkan manajemen mereka dengan manajemen Allah Swt. Mereka tidak melakukan intervensi terhadap manajemen Allah SWT dalam kerajaan-Nya dengan berkata, “Seandainya saja demikian, pasti hasilnya demikian,” atau berkata, “Ah, kalau saja hal itu tidak terjadi.”
Pilihan Allah SWT bagi hamba-Nya yang Mukmin adalah pilihan paling Agung dan terbaik meskipun sekilas tampak sulit atau susah; atau menghabiskan harta serta menghilangkan jabatan, keluarga, anak-anak, bahkan dunia seisinya.
Cobalah Anda memutar kembali ingatan anda pada kisah Perang Badar dan pikirkanlah Perang Badar dengan baik. Saat itu sebagian Sahabat lebih senang menghadapi kafilah dagang, Namun, Allah SWT member mereka pilihan yang lebih agung dan lebih baik dari pilihan mereka. Ya, Allah SWT memilihkan untuk mereka pasukan Quraisy untuk mereka hadapi. Tentu ada perbedaan besar diantara kedua pilihan itu. Seperti satu bintang dengan bintang lainya. Apa saja yang ada dalam kafilah dagang Quraisy? Didalamnya ada makanan yang biasa dimakan, lalu dibuang ditempat kotoran; ada juga pakaian yang biasa dipakai lalu berubah using, kemudian dicampakkan dari dunia yang fana.
Adapun pasukan Quraisy, didalamnya terdapat garis pembeda (demakrasi). Didalamnya Allah Swt membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Disana ada kekalahan bagi kemusyrikan dan kemenangan bagi tauhid. Disana ada pembunuhan gembong-gembong kaum musyrik, yang menjadi batu sandungan dihadapan Islam. Itulah agama baru disemenanjung Arab. Demikian seterusnya, lebih dari itu didalamnya Allah mengamati para mujahid Perang Badar, lalu berfirman, “ Lakukanlah apa saja yang kalian kehendaki karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian,” (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim. )
Mahabenar Allah Swt yang berfirman:
“ Ingatlah ketika Allah menjanjikan kalian bahwa salah satu dari dua golongan itu untuk kalian, sedangkan kalian menginginkan (golongan) yang tidak mempunyai kekuatan senjata untuk kalian, sementara Allah berkehendak untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan Memusnahkan orang-orang kafir (QS. Al-Anfal : 7)
Juga mari kita lihat ucapan indah Ibnu al-Qayyim rahimahullah yang ia tulis dalam buku Zad al-Ma’ad, namun dengan sedikit perubahan redaksi bahasa:
Allah tidak memberi Anda susuatu bukanlah karena Dia pelit, atau karena takut khazanah kekayaan-Nya berkurang, atau karena Dia hendak menyembunyikan apa yang menjadi hak anda. Dia sengaja tidak memberi anda sesuatu untuk mengembalikan Anda kepada-Nya; memuliakan anda dengan merendahkan diri kepada-Nya; membuat anda kaya dengan menjadikan anda membutuhkan-Nya; memaksa anda untuk bersimpuh didepan-Nya; membuat anda merasakan manisnya sikap merendahkan diri kepada-Nya dan lezatnya sikap merasa butuh kepada-Nya; memakaikan pakaian ubudiyah kepada anda; menempatkan anda dengan membawa anda ketingkat para wali termulia; serta memperlihatkan kepada anda kebijaksanaan-Nya dalam kekuasaan-Nya, rahmat-Nya dalam kemuliaan-Nya dan kebaikan-Nya dalam kekuatan-Nya. Jika Allah tidak memberi sesuatu maka itu secara tidak langsung merupakan pemberian. Jika Allah mengisolasi hamba-Nya, itu berarti Dia sedang mendidiknya.
Jika Dia mengujinya, itu merupakan nikmat dan bukti. Jika Dia membuat anda dikuasai musuh, itu berarti Dia sedang menggiring orang kepada Anda.
Siapa yang tidak memahami makna agung ini dengan kalbu dan akalnya serta tidak mengamalkannya, ia tidak layak menerima pemberian dan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan pemberian ini. Siapa saja yang pergi tanpa membawa tas, ia akan pulang dengan tangan kosong dan ia tidak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.
Semoga Bermanfaat……………. ;-)
Saudaraku kaum muslimin serta para Aktivis Islam yang senantiasa dalam lindungan dan rahmat Allah Swt, sesungguhnya Anda telah menjual jiwa Anda kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itu, anda tidak mempunyai pilihan lain harus menyerahkan barang kepada pembelinya.
Allah Swt berfirman:
“ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta mereka (yang dibayar) dengan surge untuk mereka” (TQS. At-Taubah : 111)
Jika Allah telah menerima ‘barang’ yang Dia ‘beli’, yaitu diri kita, tentu Dia bebas memperlakukan kita semau-Nya dan meletakkan diri kita ditempat yang Dia sukai. Allah sah-sah saja menempatkan diri kita di istana atau dipenjara, atau memakaikan ‘baju’ mewah pada diri kita, atau membuat diri kita nyaris ‘telanjang’, kecuali aurat kita, atau menjadikan diri kita kaya ataupun miskin, atau menjadikan diri kita berumur panjang, atau membuat kita mati ditiang gantungan, ditangkap musuh lalu dibunuh atau dicincang.
Pantaskah penjual kambing marah, atau hatinya berubah kepada pembeli kambing saat pembeli kambing itu menyembelih kambing yang dibelinya? Tidakkah anda mendengar tentang apa yang telah terjadi pada Singa Allah dan Singa Rasul-Nya, yakni Hamzah bin Abdul Muthalib ra.? Perutnya dibelah, hatinya dikeluarkan, iapun dicincang (HR Ahmad, dari penuturan Ibn Mas’ud, dalam Musnad Ahmad, I/463).
Demikian pula para Sahabat Nabi saw. Yang gugur sebagai syuhada dimedan Perang Uhud; mereka diperlakukan oleh orang-orang kafir seperti itu , perut mereka dibelah, telinga dan hidung mereka dipotong-potong, bahkan Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy menjadikan hidung dan telinga para Sahabat sebagai gelang kaki dan tangan mereka. Hindun binti Utbah lalu menghadiahkan gelang kaki, gelang tangan dan anting-antingnya kepada budak bernama Wahsyi, sang pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, sebagai imbalan atas prestasinya membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. (HR. Ibnu Ishaq, dari penuturan Shalih bin Kisan, dalam Sirah Ibn Hisyam, II/91)
Bahkan tidakkah anda mendengar apa yang telah terjadi pada Rasulullah Saw., juga dalam perang uhud? Saat itu wajah Beliau terluka dan gigi antara gigi seri dan gigi taring Beliau rontok (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ibn Majah; dari penuturan Anas bin Malik). Bahkan Beliau hidup dalam cobaan demi cobaan yang bertubi-tubi. Sungguh benar Ibnu al-Jauzi saat berkata, “Bukankah Rasulullah saw. layak berkata, ‘Siapa yang melindungiku? Siapa yang menolongku?’ beliau perlu masuk ke Makkah dalam perlindungan orang kafir dan meletakkan senjata. Para Sahabat Beliau dibunuh, Para Sahabat Beliau yang baru masuk Islam dirayu oleh pihak lain sedemikian rupa agar keluar dari Islam, lalu beliau sendiri mengalami kelaparan. Namun beliau tetap tegar dan tidak tergoyahkan, beliau sering diuji dengan kelaparan hingga beliau mengikatkan batu di perut-perut Beliau, padahal kekayaan dilangit dan dibumi Allah.
Para Sahabat Beliau dibunuh, wajah Beliau terluka, gigi antara gigi seri dan gigi taring beliau tercabut. Paman Beliau dari jalur ayah dicincang. Namun beliau diam dan tidak bereaksi apa-apa. Beliau dianugerahi anak laki-laki, tetapi ia meninggal dunia tidak lama setelah itu. Beliau dianugerahi Hasan dan Husain, lalu Beliau diberitahu Allah bahwa keduanya kelak dibunuh. Beliau merasa sakit luar biasa saat nyawa tercabut, saat itu Beliau terbaring diatas kain using dan sarung kasar, tanpa penerang lampu.” (Ibn al-Jauzi, Shayd al-Khathir, 257-261)
Karena itulah Saudaraku yang dimuliakan Allah, renungkanlah kisah para Nabi dan para Rasul yang notabene merupakan makhluk pilihan Allah yang paling Allah Muliakan dan Allah cintai. Nabi Ibrahim as. di lemparkan di dalam api, Nabi Zakaria as digergaji, Nabi Yahya as disembelih, Nabi Ayub as didera ujian selama bertahun-tahun hingga kehilangan harta dan anak-anaknya, Nabi Yunus as dipenjara didalam perut ikan hiu, Nabi Yusuf as dijual dengan harga murah dan dibui beberapa tahun. Dalam menghadapi itu semua, mereka ridha dengan Allah SWT dan Takdir-Nya.
Salah seorang generasi salaf pernah berkata, “Seandainya tubuhku digergaji dengan banyak gergaji, hal itu lebih aku sukai daripada aku mengatakan tentang sesuatu yang telah menjadi qadha’ (ketetapan) Allah, ‘Kalau saja hal itu tidak terjadi.’
Yang lain berkata, “Aku telah berbuat suatu dosa yang aku tangisi selama tiga puluh tahun.” Padahal orang tersebut rajin beribadah. Ia lalu ditanya, “Dosa apa itu?” Orang itu berkata, “Suatu ketika aku berkata tentang sesuatu yang telah terjadi, “Ah, kalau saja sesuatu itu tidak terjadi.”
Karena itu, Saudaraku, jadilah Anda seperti mereka. Mereka tiada pernah membernturkan manajemen mereka dengan manajemen Allah Swt. Mereka tidak melakukan intervensi terhadap manajemen Allah SWT dalam kerajaan-Nya dengan berkata, “Seandainya saja demikian, pasti hasilnya demikian,” atau berkata, “Ah, kalau saja hal itu tidak terjadi.”
Pilihan Allah SWT bagi hamba-Nya yang Mukmin adalah pilihan paling Agung dan terbaik meskipun sekilas tampak sulit atau susah; atau menghabiskan harta serta menghilangkan jabatan, keluarga, anak-anak, bahkan dunia seisinya.
Cobalah Anda memutar kembali ingatan anda pada kisah Perang Badar dan pikirkanlah Perang Badar dengan baik. Saat itu sebagian Sahabat lebih senang menghadapi kafilah dagang, Namun, Allah SWT member mereka pilihan yang lebih agung dan lebih baik dari pilihan mereka. Ya, Allah SWT memilihkan untuk mereka pasukan Quraisy untuk mereka hadapi. Tentu ada perbedaan besar diantara kedua pilihan itu. Seperti satu bintang dengan bintang lainya. Apa saja yang ada dalam kafilah dagang Quraisy? Didalamnya ada makanan yang biasa dimakan, lalu dibuang ditempat kotoran; ada juga pakaian yang biasa dipakai lalu berubah using, kemudian dicampakkan dari dunia yang fana.
Adapun pasukan Quraisy, didalamnya terdapat garis pembeda (demakrasi). Didalamnya Allah Swt membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Disana ada kekalahan bagi kemusyrikan dan kemenangan bagi tauhid. Disana ada pembunuhan gembong-gembong kaum musyrik, yang menjadi batu sandungan dihadapan Islam. Itulah agama baru disemenanjung Arab. Demikian seterusnya, lebih dari itu didalamnya Allah mengamati para mujahid Perang Badar, lalu berfirman, “ Lakukanlah apa saja yang kalian kehendaki karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian,” (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim. )
Mahabenar Allah Swt yang berfirman:
“ Ingatlah ketika Allah menjanjikan kalian bahwa salah satu dari dua golongan itu untuk kalian, sedangkan kalian menginginkan (golongan) yang tidak mempunyai kekuatan senjata untuk kalian, sementara Allah berkehendak untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan Memusnahkan orang-orang kafir (QS. Al-Anfal : 7)
Juga mari kita lihat ucapan indah Ibnu al-Qayyim rahimahullah yang ia tulis dalam buku Zad al-Ma’ad, namun dengan sedikit perubahan redaksi bahasa:
Allah tidak memberi Anda susuatu bukanlah karena Dia pelit, atau karena takut khazanah kekayaan-Nya berkurang, atau karena Dia hendak menyembunyikan apa yang menjadi hak anda. Dia sengaja tidak memberi anda sesuatu untuk mengembalikan Anda kepada-Nya; memuliakan anda dengan merendahkan diri kepada-Nya; membuat anda kaya dengan menjadikan anda membutuhkan-Nya; memaksa anda untuk bersimpuh didepan-Nya; membuat anda merasakan manisnya sikap merendahkan diri kepada-Nya dan lezatnya sikap merasa butuh kepada-Nya; memakaikan pakaian ubudiyah kepada anda; menempatkan anda dengan membawa anda ketingkat para wali termulia; serta memperlihatkan kepada anda kebijaksanaan-Nya dalam kekuasaan-Nya, rahmat-Nya dalam kemuliaan-Nya dan kebaikan-Nya dalam kekuatan-Nya. Jika Allah tidak memberi sesuatu maka itu secara tidak langsung merupakan pemberian. Jika Allah mengisolasi hamba-Nya, itu berarti Dia sedang mendidiknya.
Jika Dia mengujinya, itu merupakan nikmat dan bukti. Jika Dia membuat anda dikuasai musuh, itu berarti Dia sedang menggiring orang kepada Anda.
Siapa yang tidak memahami makna agung ini dengan kalbu dan akalnya serta tidak mengamalkannya, ia tidak layak menerima pemberian dan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan pemberian ini. Siapa saja yang pergi tanpa membawa tas, ia akan pulang dengan tangan kosong dan ia tidak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.
Semoga Bermanfaat……………. ;-)
~Khilafah...SEBUAH SOLUSI CERDAS...~

Saat atap rumah anda bocor,kmudian di saat musim hujan,air hujan masuk dan mmbanjiri rumah anda.Kira2,tindakan apa yg akan anda lakukan untuk mngatasi kbanjiran itu???Apakah akan menambal kebocoran atap anda,ataukah hanya sekedar menguras genangan air yg masuk,kmudian ttp mmbiarkn atap bocor & air trs masuk ke rumah anda???
Pertanyaan di atas,nak buat bukan tanpa alasan.Itu merupakan sebuah perumpamaan nak mengajak teman2 berfikir.Bahwa kondisi umat kini,yg hidup di bawah kungkungan kapitalisme laksana rumah yg atapx bocor.Membutuhkan solusi,krn jk tak diselesaikan akan menyebabkan umat merana & sengsara,serupa dgn keadaan pemilik rumah yg rumahnya tengah kebanjiran krn air hujan masuk ke dalam rumah,repot dan sengsara banget...
Hmmm...Jika mengatasi atap bocor hanya dengan menguras air hujannya sj tanpa menambal kebocoran itu,maka bisa dipastikan ini bukanlah solusi ats masalah pokok,hingga setiap kali hujan pasti rumah itu akan kebanjiran lg,dan pemilik rumah akan kerepotan lg,sengsara pula.
Demikianlah dlm menyelesaikan masalah umat kini,telah tahu bersama bahwa akar masalah umat merana kini adalah karenasistem kapitalisme yg bercokol di seluruh negri di dunia.JIka menyelesaikan permasalahan umat hanya dengan parsial,satu masalah diberi solusi,masalah lain muncul diberi solusi lg,yang sifatnya hanya tambal sulam maka masalah takkan selesai,krn ideologi kapitalisme itu laksana kangker ganas,yg akarnya akan terus menjalar ke seluruh tubuh,yg siap membunuh manusia.
Tengoklah kemiskinan di negri ini,apakah krn negri kita miskin???Jawabnya tidak,negri kita tdk miskin,bhkn masuk kategori negri kaya dan subur.Lalu apakah krnsemua wargax tak brpendidikan???Jawabnya pun tidak,stiap tahun negri ini mengirim pelajarnya menimba ilmu di luar negri,banyak pula pelajarx yg sering menjadi juara saat ikut perlombaan olimpiade.Lalu apa masalahx??
Jelas,masalahnya adalah sistem kapitalisme.Sistem ini membuat derita yg tersistematis untuk rakyat.Kemiskinan yg melanda negri ini bukan hanya krn satu faktor,tp krn banyak faktor yang semuanya itu saling berkaitan.Banyak rakyat yang hidup miskin,melarat dan tak punya pekerjaan.Ketiadaan pekerjaan ini disebabkan minimnya lapangan pekerjaan,kalaupun ada lapangan pekerjaan maka kesempatan untuk bekerja akan tetap susah jika tak punya pendidikan dan gelar.Sedang,jika ingin sekolah/kuliah rakyat pun susah dengan biaya pendidikan yang sangat mahal.Imbasnya,banyak generasi yang putus sekolah,kemudian menjadi gelandangan yang tak jelas kehidupannya.Inilah sistem kapitalisme.Jika anda menawarkan solusi memberi rumah atau memberi bantuan pangan,maka ini takkan bertahan lama,karena mereka tentu akan butuh makan setiap saat,sepanjang hidupnya,sedang jika diberi bantuan pangan maka hanya akan bertahan beberapa saat lagi.Jika pangannya habis maka kembalilah mereka pada kondisi sebelumnya,kelaparan.
Minimnya ilmu dan pmahaman agama pun membuat rakyat banyak yang mengambil langkah yang salah mengatasi derita mereka.Setiap hari anda tentu menyimak di media,ada yang bunuh diri karena kesulitan keuangan,banyak yang mencuri dan merampok demi sesuap nasi,atau saudara saling membunuh karena perebutan harta warisan.Bisa anda banyangkan,dalam sehari berapa jumlah nyawa yang melayang krn ulah derita rekayasa kapitalisme????
Jika muslim di Palestina banyak yang mati,itu karena mereka mati dalam kesyahidan,sedang Indonesia,rakyatnya banyak yang mati karena derita yang pemerintahnya tak bisa mengatasinya sejak Indonesia merdeka hingga kini.Tentu anda miris bukan???
Ini baru dalam masalah kemiskinan,belum untuk masalah kebobrokan sistem ekonomi,politik,pendidikan dan pemerintahan bangsa yang katanya demokratis ini.
Hingga dapat dikatakan,bahwa solusi2 yg diberi saat ini untuk menuntaskan masalah di negri ini bukanlah solusi yang tuntas,laksana rumah yang bocor tadi,tetap membiarkan akar masalahnya tanpa ada upaya untuk menyelesaikannnya.
Sedang,jika solusi yang siambil adalah menambal kebocoran atap itu hingga saat hujan airnya tak masuk lagi,maka baik saya maupun anda akan sangat setuju bahwa inilah solusi yang sebenarnya.Karena masalah utama dari kebanjiran di rumah itu karena atap yang bocor,hingga saat atap itu diperbaiki maka kebanjiran bisa dipastikan takkan terjadi lagi.Pemilik rumah tak perlu resah lagi juga tak perlu ribet dan sengsara lagi karena harus menguras air hujan,juga mangamankan barang2 agar tak kebasahan.
Hmmm...Inilah cara yang harus kita ambil.Jika sudah tahu bahwa akar masalah atas semua krisis yang terjadi,tidak hanya krisis sosial,tapi juga krisis moral,maka akar masalah atau masalah utama inillah yang harus diselesaikan.Dan karena akar masalahnya adalah keberadaan sistem kapitalisme,maka solusinya adalah membuang ideologi ini kemudian diganti dengan ideologi yang lain,yang mampu menuntaskan segala permasalahan yang mendera umat.Itulah ideologi Islam,sebuah ideologi yang benar,yang bersumber dari Dzat Yang Menguasai Jagat,yakni Allah SWT.
Ideologi Islam ini akan tegak dengan kokoh dengan keberadaan sebuah institusi yang akan mengembannya.Dan Islam pun punya institusi itu,yakni Daulah Khilafah.Sebuah negara Islam yang akan memiliki satu kepemimpinan di seluruh dunia.Sebuah negara yang akan mengurusi segala permasalahan umat dengan syari'at Islam.Sebuah negara yang akan melindungi nyawa,darah,harta,wilayah dan kemuliaan umat seluruh dunia,baik muslim maupun non muslim yang mau tunduk pada Khilafah.
Inilah solusi atas krisis umat kini,bukan hanya untuk krisis yang terjadi di Indonesia,tapi krisis yang terjadi di seluruh dunia,termasuk Khilafah mampu menuntaskan krisis yang melanda kaum muslimin di Palestina.
Inilah solusi yang kongkrit dan rill saudaraku,yang harus kita sepaki bersama untuk kita perjuangankan agar derita umat berakhir seiring berakhirnya masa kejayaan kapitalisme menjajah kaum muslimin di negeri2 mereka.
Inilah perjuangan kita bersama,bersama membangun kesadaran umat akan pentingnya Khilafah.Agar umat mau berjuang bersama membasmi kapitalissme biadab beserta para penggagasnya dan antek-anteknya.
Saatnya mengembalikan kemuliaan umat dengan KHilafah,mengubah dunia dengan Syari'ah,menghapus air mata umat dengan Jihad dan meraih kemenangan dengan Dakwah...
salam perjuangan dari saudarimu yang dhoif ini...
Wallahu A'lam bish Showab....
Cinta dalam Perjuangan

Kemaren saya mendapatkan satu pertanyaan dari seorang akhwat, "dimana ikhwan yang soleh itu saya bisa temukan?" Saya katakan padanya laki-laki baik dan sholeh itu berada pada medan perjuangan untuk mencapai sebuah mimpi indah dalam hidupnya.
Bagi setiap orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan maka dia hanya mencari pasangan hidup yang berada pada area yang sama, yang bisa mendukung mimpinya yang indah dalam hidup ini. Itulah sebabnya pasangan hidup yang menemukan cintanya di medan perjuangan akan cenderung tahan terhadap kerasnya ombak dan badai samudra kehidupan
karena cinta merupakan sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah mimpi indahnya.
Pertemuan cinta di cafe, di gedung film, di pesta tentunya berbeda dengan pertemuan cinta di tenda darurat, di bakti sosial, di kelompok belajar, juga di tempat-tempat pendidikan. Suasana dimana tempat bertemu sangat menentukan bobot cinta itu sendiri. Bagi mereka yang memiliki sebuah keyakinan dia akan tahu kemana arah dan tujuan hidupnya, dia akan mampu menahan penderitaan sebab hidup adalah perjuangan. jika sudah tiba saatnya dia melihat anak cucunya ditempat terhormat karena apa yang telah dilakukannya.
Cinta di medan perjuangan adalah bertemunya dua hati yang berbeda namun memiliki satu mimpi indah. Mimpi itu mampu membangun spirit bagi orang-orang disekitarnya agar melakukan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Mimpi itu bagaikan virus yang menyebar dengan cepat, yang mampu merubah dunia menjadi lebih baik dimana tidak ada lagi orang yang lemah dalam menghadapi kehidupan. Itulah mimpi orang-orang yang ingin menjadikan keluargaku, surgaku dan dimana setiap orang mampu menjadikan keluarga sebagai medan perjuangan menggapai keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
'Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yg benar.'(QS Al-Hujurat:15).
***PENGATURAN HUBUNGAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA***

(Oleh Efendy, BKLDK Tuban)
Sejak penciptaannya, Allah telah membekali setiap diri manusia potensi kehidupan yang sangat luar biasa yang berupa akal, kebutuhan jasmani dan naluri. Potensi kebutuhan jasmani dan naluri ini memiliki sifat pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan jasmani berasal dari dalam, misal; rasa lapar, haus, perut terasa mulas, rasa lelah dan sejenisnya. Kebutuhan jasmani ini sangat membutuhkan pemenuhan, jika sampai tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan fisik bahkan smpai mengakibatkan kematian pada diri manusia.
Berbeda halnya dengan naluri, rangsangan pemenuhannya berasal dari luar, baik itu naluri beragama, naluri mempertahankan diri, maupun naluri melestarikan jenis. Jika naluri ini tidak terpenuhi, tidak sampai mengakibatkan kematian tetapi menyebabkan kegelisahan. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan naluri adalah fakta fisik dan pemenuhan yang mengandung makna.
Jadi naluri ini tidak akan menuntut kebutuhan jika tidak dirangsang oleh kedua faktor tersebut. Misal dalam hal pemenuhan naluri melestarikan jenis, munculnya dorongan seksual seseorang pasti dipengaruhi karena melihat gambar porno, memandang lawan jenis, membaca cerita porno, membayangkan perkara-perkara seksual dan sejenisnya.
Dalam pandangan Sekuler-kapitalis pemenuhan naluri seksual ini bersifat pasti dan harus terpenuhi, jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan fisik, jiwa dan akal. Bahkan kaum muslimin saat ini yang hidup dalam sistem Sekuler-Kapitalis sudah terpengaruhi oleh Ide-Iide sekuler dalam pemenuhan kebutuhan naluri seksualnya, Coba kita lihat di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim telah berprestasi sebagai negara terporno nomor 2 sedunia dengan kriteria pengakses situs porno, belum lagi kasus-kasus pemerkosaan dan perzinahan yang telah merajalela bahkan pemerintah kaum muslimin ini telah melegalkan tempat-tempat perzinahan. Perkara ini dianggap dapat menyelesaikan kebutuhan naluri ini.
Pandangan kapitalis bahwa pemenuhan naluri seksual tersebut bersifat pasti tidaklah benar karena bertentangan dengan realitas. Tidak terpenuhinya naluri, secara pasti tidak akan merusak fisik sekalipun bisa saja mengganggu jiwa atau akal seseorang, tapi tidak berlaku bagi setiap orang. Karena pada faktanya banyak orang yang belum pernah memenuhi naluri seksualnya tetapi tidak membahayakan dirinya ataupun aktifitasnya. Berbeda dengan tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani yang bisa menghantarkan pada kerusakan fisik atau sampai pada kematian karena hal itu bersifat pasti bagi setiap orang.
Pandangan Islam terhadap pemenuhan naluri seksual adalah bahwa Islam memandang kehadiran laki-laki dan wanita ditengah-tengah komunitas masyarakat adalah sesuatu yang pasti demi terjalinnya tolong menolong dan kebaikan masyarakat dengan dilandasi rasa kasih sayang sebagai wujud persaudaraan diantara keduanya. Maka Islam membolehkan transaksi jual beli dilakukan antara laki-laki dan wanita, laki-laki dan wanita boleh menjadi anggota majlis ummah, laki-laki dan wanita juga boleh membai’at seorang kholifah, laki-laki dan wanita juga perintahkan untuk mengoreksi penguasa, laki-laki dan wanita boleh menghadiri majlis ta’lim, laki-laki dan wanita boleh sholat berjama’ah di masjid, laki-laki dan wanita diwajibkan berdakwah, laki-laki dan wanita boleh menjadi pegawai ataupun direktur, bahkan banyak sahabat wanita pada masa Rasululllah SAW yang menjadi perawat pasukan dan sebagainya. Sekalipun juga terdapat aturan yang berbeda antara laki-laki dan wanita karena memang realitasnya berbeda secara fisik maupun psikis.
Islam telah menurunkan seperangkat aturan untuk meredam munculnya masalah-masalah pergaulan laki-laki dan wanita ini dengan mengatur interaksi antara laki-laki dan wanita. Misalnya : perintah berbusana muslimah, menundukkan pandangan, larangan tabarruj, larangan kholwat, pemisahan shaf laki-laki dan wanita dalam sholat, pemisahan laki-laki dan wanita dalam majlis ta’lim (pengajaran), sanksi bagi pezina, meluruskan persepsi bahwa pemenuhan naluri melestarikan jenis hanyalah lewat jalur pernikahan dan pemilikan budak, menjaga ukhuwah Islamiyyah, dan sebagainya. Beberapa dalilnya antara lain Firman Allah SWT (yang artinya) :
“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita mukminat, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya.” (TQS. Al Ahzab : 59)
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya.” (TQS. An Nur :30)
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya.” (TQS. An Nur : 31)
“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (TQS. Al Mu’minun : 5-6)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (TQS. Ar Ruum : 21)
Juga hadits-hadits Nabi SAW di antaranya :
من كان يؤمن يالله واليوم الأخر فلا يخلونّ بامرأة ليس معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh berkholwat (menyendiri) dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena pihak yang ketiga adalah syetan.” (HR. Ahmad)
أيما امرأة استعطرت فمرت علي قوم ليجدوا من ريحها فهي زانية
“Siapapun wanita yang memakai wewangian lalu melewati suatu kaum agar mereka mencium baunya, maka ia telah melakukan zina (terperosok dalam dosa sebagaimana pezina).” (HR. An Nasa’i)
Bahkan Allah SWT juga memberi sanksi yang keras kepada pezina baik laki-laki maupun wanita. Firman Allah (yang artinya) :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (TQS. An Nur : 2)
Dan hendaklah tolong menolong ataupun interaksi antara laki-laki dan wanita selalu didasari rasa persaudaraan dan ketaqwaan. Firman Allah SWT (yang artinya) :
“Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (TQS. Al Hujurat : 10)
“…..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (TQS. Al Maidah : 2)
Memang ada sebagian orang yang salah dengan menganggap wanita sebagai faktor utama pendorong naluri seksual. Sehingga upaya meredam munculnya naluri ini adalah menjauhkan wanita dalam beberapa aktifitas, misalnya : melarang wanita keluar rumah atau mengunci rumah ketika suami keluar rumah sementara istrinya terkunci di dalam rumah. Ada juga suami yang melarang istrinya naik kendaraan umum ketika bepergian sementara suaminya tidak mengapa. Pandangan ini jelas tidak syar’iy dan tidak berdasar yang hanya mengakibatkan tindakan dholim kepada wanita.
Pacaran dalam Islam

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?
Memiliki rasa cinta adalah fitrah
Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.
Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.
Pacaran dalam perspektif islam
In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)
Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.
Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).
Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).
Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).
Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."
Wallahu A'lam bish-Showab
Menutup Aurat,,Kewajiban or Pilihan????

Part 1:
Nggak sedikit muslimah yang ogah menutup aurat. Nggak sedikit juga yang malah ‘menjualnya’. Inikah produk demokrasi?
Buat para akhwat yang idup di jaman Pentium IV ini, menutup bodi dengan jilbab dan kerudung memang dilema. Mereka kudu milih antara kewajiban menutup aurat dengan gaya. Satu sisi perintah agama, di sisi lain kayaknya kok nggak gaul ya?
Kewajiban udah jelas, seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali muka ama telapak tangan, pekik para ulama. So, rambut, telinga, leher, bodi plus awak, wajib diumpetin di balik khimar dan jilbab.
Sementara itu, pergaulan nuntut sebaliknya. Kudu trendi, ngegaya, dan ini…harus memamerkan ‘aset-aset’ pribadi. Yang kulitnya mulus, sayang kalo diumpetin. Yang rambutnya indah terurai, kenapa juga kudu dibungkus kain kerudung, emangnya lemper.
Belum lagi macam-macam pandangan en tuntutan orang laen buat cewek berkerudung plus berjilbab kayaknya gimana gitu. Kudu pinter baca Al Qur’an, kudu jauh dari acara ngegosip, kudu jaga jarak ama kendaraan di depan eh ama cowok dalam pergaulan, en segudang kudu-kudu laennya. Tuntutan kayak begitu terang aja bikin banyak cewek jiper alias ngeri untuk berkerudung dan berjilbab.
Nggak Wajib?
Whuaaa…yang bener aja? Yup, itu setidaknya dilontarkan oleh sejumlah ‘cendekiawan’ muslim kontemporer. Jaman Orde Baru masih berkuasa, ada seorang pejabat yang bersemangat menentang kewajiban berjilbab dengan bilang, “Anak dan istri saya saja tidak berjilbab.” Hmm, berani-beraninya.
Kalau sekarang jama’ah Jaringan Islam Liberal (JIL) paling getol menghujat kewajiban jilbab ini. Kata mereka, para ulama yang menafsirkan jilbab itu udah terpengaruh diskriminasi gender. Mereka mendiskriditkan kaum wanita. Pendapat mereka ini tentunya bersandarkan pada pendapat para orientalis, pemikir yang satu geng, dan juga kajian Islam secara sosiohistoris. Mereka juga keberatan seandainya jilbab itu dipaksakan atas setiap muslimah. Pokoknya, berjilbab itu harus karena kesadaran sendiri.
Ada beberapa alasan yang menurut mereka jilbab dan kerudung itu nggak wajib:
Pertama, mereka bilang kalau jilbab itu budaya Arab, bukan budaya Islam. Lagian, ajaran Islam itu kudu dicocokin ama kondisi budaya setempat. Istilahnya Islam lokal. Prinsip mereka, “Tidak diingkari perubahan hukum (syara’) dengan perubahan zaman dan tempat”.
Ya, mirip-mirip burger racikan McDonald. Semua harus burger ala Amrik kan? Perlu ada rasa lokal. Maka dibikinlah McRendang, McSatay, McBangkok, malah ada juga burger tempe. Jadi ada juga “jilbab” ala Indonesia. Yang gimana tuh? Yang penting SOPAN, tidak menggoda pria, kata mereka. Seorang pemikir Islam malah menyebut jilbab itu lebih pada suruhan untuk sopan dan bersahaja (modesty) yang bisa dilakukan siapa saja.
Kedua, masih kata mereka, jilbab itu diwajibkan di jaman wanita belum dihargai. Buktinya, menurut mereka, surat Al Ahzab ayat 59 berbunyi, “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” Nah, karena kata mereka sekarang ini kaum wanita sudah banyak dihargai maka berjilbab bukan kewajiban lagi.
Teman-teman, pendapat-pendapat di atas jelas punya banyak kelemahan dan ketidakberesan. Emang bener kalau budaya Arab itu nggak selamanya identik dengan budaya Islam. Contohnya, naik unta itu nggak fardlu juga nggak sunnah, walaupun seumur hidup Rasulullah naik unta. And so on pakai terompah ala Ali Baba atau Aladdin juga nggak wajib. Buat kita, yang jadi bagian hukum syara’ itu adalah apa yang diatur sama Allah di dalam dalil-dalil syara (Al Qur’an, As sunnah, Ijma shahabat dan qiyas). So, kalau dalam keempat sumber hukum Islam itu ada keterangannya, en jelas hukumnya, ya itu adalah bagian dari ajaran Islam. Bukan budaya bangsa mana-mana. Contohnya, bacaan shalat en azan itu emang harus pake bahasa Arab nggak bisa diganti ama bahasa lain, baik bahasa daerah masing-masing, apalagi coba-coba pake bahasa tubuh.
Walaupun jilbab dan kerudung itu sudah dipakai sebagian kaum wanita di Arab di jaman pra-Islam, tapi kita mengakuinya sebagai hukum syara’ karena begitulah yang dikatakan Islam. Bukan cuma buat wanita Arab. Islam juga yang ngasih batasan-batasan en ketentuan berjilbab yang khas bagi para muslimah. Simak aja firman Allah, “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, dan anak-anakmu dan istri-istri orang beriman …”(Al Ahzab: 59). Jadi, perintah berjilbab dan berkerudung itu adalah atas setiap muslimah, baik dia orang Arab ataupun bukan orang Arab.
Pernyataan bahwa jilbab itu wajib karena di zaman itu perempuan nggak dihargai, korslet. Kagak nyambung. Karena pada zaman kekhilafahan Islam, saat kaum wanita terlindungi dan merasa aman, tetap saja mereka wajib mengenakannya. Lagian, kalau pernyataannya seperti itu, gimana dengan zaman sekarang, dimana perempuan jauh lebih nggak dihargai ketimbang di zaman jahiliyah? Liat aja kekerasan pada wanita sekarang jauh lebih meningkat ketimbang jaman Rasulullah saw. dulu.
Terus, kalau dibilang pakaian cewek yang penting sopan (modesty), nah sopan versi mana dulu nih. Kalau menurut penganut ‘madzhab’ Britney Spears atau Agnes Monica, ?celana melorot ke pinggang yang mereka pake itu pasti terkategori sopan. Ber-koteka, menurut suku asli Irian Jaya pastinya juga udah terbilang sopan. Nah, mau ikut sopan versi mana nih?
Dalam kehidupan manusia, seringkali diperlukan paksaan untuk berbuat baik. Ini nggak bisa ditolak. Bukankah manusia suka berbuat begitu pada sesamanya? Liat aja aturan 3 in 1 di Jakarta, itu kan paksaan juga? Atau bayar pajak juga paksaan, kan? Gelinya, para pengkritik jilbab ini nggak pernah kedengaran tuh mengkritik paksa-memaksa sesama manusia. Tapi Allah mereka kritik kalau maksa-maksa manusia. Jangan-jangan nanti bakal ada tanggapan, kalau mau berhenti nyopet ya harus karena kesadaran sendiri jangan karena dipaksa. ANCURRR!
Intinya sih, kita mau bilang, kalau ukuran baik dan buruk, terpuji dan tercela, diserahkan pada akal en hawa nafsu manusia, hasilnya seperti kata Opa Iwan Fals, ANCURRRR! Nah, daripada belaga pinter padahal ber-IQ jongkok, mendingan kita nurut aja deh pada yang dikatakan Allah.
Bersambung...
(copas dari Muslim Gaul Tapi Syar'i)
muhasabah bareng2 yukkk..

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Hidup ini hanya sekali, itupun bagi yang yakin,,iya gak ???
Ada kah orang-orang saat ini, atau mungkin gak usah jauh-jauh deh, yang baca artikel ini, anda percayakah bahwa hidup ini hanya sekali? Atau hidup berulang-ulang kali sehingga kita berusaha untuk menfaatkan waktu untuk kehidupan dan kesenangan duniawi saja???
Hummm,,gak nyangka yah, apapun perbuatan yang telah kita lakukan saat ini ataupun yang sudah lalu, sudah tidak bisa terulang. Sama ketika menbaca artikel ini, bisa jadi kita waktu membaca artikel ini memang tak akan bisa mengalami waktu berulang untuk mundur.
Bagi para pemikir (orang yang mau berfikir), tentunya dapat menjangkau pengkabaran setelah dunia akan ada dunia lagi yang semakin panjaaaaaang ceritanya,coba ibaratkan saja dunia ini adalah sebuah noktah 1 titik, sedang kehidupan setelah dunia itu seperti garis lurus dimana ujungnya masih ada tanda panah yang mengisyaratkan masih ada lanjutan dari garisan itu. Dunia dan akherat.
Terkadang kita sulit untuk selalu bisa berfikir cerdas tapi kita bisa kok mencoba dan mengupayakan, muski ada yang menghalanginya ? apa coba?? yah,,betul sekali, kemalasan, penundaan dan spesies lain-lainnya, itu juga kan yang terkadang melenakan diri kita, hingga tak jarang jika perbuatan yang memang seharusnya segera kita lakukan dan harus segera beranjak dilakukan dan dikerjakan tapi karena penyakit HN (Hawa Nafsu), lupa lah kita dengan perbuatan baik yang handak kita lakukan, gara-gara terhanyut akan kelalaian yang namanya kemalasan or penundaan tadi,,tapiiii yang menjadikan hal itu kita sadar adalah ketika kita sudah melalui masa-masa kemalasan itu.
Butuh perenungan dan instropeksi diri, paling enak emang mengingatkan diri sendiri kok,,,
Humm,,Tapi hal ini bisa saling berkorelasi, maksudnya mengoreksi diri sendiri dan orang lain, ayo lah kawan-kawan yang melihat atau mengetahui rekannya terlena dalam virus HN tadi, bisa saling menasehati dan mengingatkan, jangan mentang-mentang diri kita gak melakukan terus kita hanya diam saja,,yukk bergerak,
Jumat, 25 Juni 2010
sedang aku????

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ya,... Robb..........
aku mahluk dari semua mahluk ciptaan-Mu yang paling mulia
dan
aku juga bisa jadi mahluk paling hina diantara sekian banyak ciptaan-Mu
Mereka senantiasa bertasbih dan taat sedang aku????
Engkau pencipta aku dari segumpal darah,daging, dan tulang-belulang
Engkau bekali penglihatan,mata dan hati dalam ketidak tahuanku
dan betapa ku melupakan siapakah aku ?
Ya...Robb.....
Kemanakah arahku dan bagaimana akhirku
aku sadar segala makhluk akan kembali kepada-Mu
Engkau pilih raga ini mengisi dunia yang fana ini
Engkau bekali jalan hidup yang tersurat dalam untaian kata-MU
dalam wahyu,
kini ku berpikir cara aku kembali pada kemuliaan-Mu
atau tergelincir kepada Murka dan kehinaa-Mu
Sedang hidup dan matiku di tangan-MU ya Allah
Hitam atau putih jalanku hanya pada-Mu kembali
ya....Allah.....ya Robb.....
Kehidupan ini menanti waktu batas ketentuan-Mu
Benarkah ku hanya tunduk pada-MU dan berpaling dari kemusyrikan
ataukah tergadaikan dengan mahluk yang menjelma ?
Dimana ku berada Engkau slalu ada dan lebih dekat
Janji-Mu Maha Benar, Janji-MU tidak akan salah, janji akan kehadiran kemuliaan itu ya Robb...Kemuliaan itu bukan harga yang murah.
Akhirnya ku tundukkan dan ku yakinkah kan bertemu
dengan-Mu ya Allah.
sejauh langkah apakah kita menyadari akan siapakah aku ?
bisakah ku mengerti akan siapakah diriku ini aku dengan suatu proses kehidupan ini,
Lelaki idaman

Apakah Lelaki idaman anda adalah…
Seorang lelaki yang beriman…
Yang hatinya disaluti rasa taqwa kepada Allah…
Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Islam…
Yang senantiasa haus dengan ilmu…
Yang senantiasa dahaga akan pahala…
Yang solatnya adalah harga dirinya…
Yang tidak pernah takut untuk berkata benar…
Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu…
Yang senantiasa bersama kumpulan orang-orang yang berjuang di jalan Allah…
Apakah Lelaki idaman anda adalah…
Lelaki yang menjaga tutur katanya…
Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya…
Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang dicarinya…
Yang senantiasa berbuat kebajikan karena sifatnya yang penyayang…
Yang mempunyai banyak kawan dan tidak mempunyai musuh …
Apakah Lelaki idaman anda adalah…
Lelaki yang menghormati ibunya…
Yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tua dan keluarga…
Yang akan mendidik isteri dan anak-anak mendalami Islam…
Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan…
Karena dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat…
Apakah Lelaki idaman anda yang…
Senantiasa bersedia untuk menjadi imam…
Yang hidup dibawah naungan Al-Quran dan mencontohi sifat Rasulullah…
Yang bisa diajak berbincang dan berbicara…
Yang menjaga matanya dari berbelanja…
Yang sujud penuh kesyukuran dengan rahmat Allah keatasnya…
Apakah Lelaki idaman anda yang …
Tidak pernah membuang waktu…
Matanya kelelahan karena lelah membaca…
Suaranya lesu karena letih mengaji dan berzikir…
Tidurnya lena dengan cahaya keimanan…
Bangunnya subuh penuh kecergasan…
Karena sehari lagi usianya bertambah penuh kematangan…
Apakah Lelaki idaman anda yang…
Senantiasa mengingati mati…
Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat…
Yang mana buah kehidupan itu perlu dipupuk dan dijaga…
Agar berputik tunas yang bakal menjadi baka yang baik…
Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian…
Apakah Lelaki idaman anda adalah…
Lelaki yang tidak terpesona dengan buaian dunia…
Karena dia mengimpikan syurga…
Di situlah rumah idamannya…
Diakah lelaki idaman anda...????
Baca aja.............. ^____^

Bertahun-tahun yang lalu,
saya berdoa kepada Tuhan
untuk memberikan saya pasangan,
"Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.
Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan,
seraya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan.
Saya menginginkan pasangan yang baik hati,
lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita,
murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian.
Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik
yang selama ini saya impikan.
Sejalan dengan berlalunya waktu,
saya menambahkan daftar kriteria
yang saya inginkan dalam pasangan saya.
Suatu malam, dalam doa,
Tuhan berkata dalam hati saya,
"HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."
Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?"
dan Ia! menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil.
Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."
ku bertanya lagi, "Tuhan, ku tidak mengerti mengapa
ku tidak dapat memperoleh apa yang ku pinta dariMu?"
Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskan kepadamu.
Adalah suatu ketidak adilan
dan ketidakbenaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu
karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau.
Tidaklah adil bagiKu untukmemberikan seseorang
yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu
jika terkadang engkau masih kasar;
atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam;
atau seseorang yang mudah mengampuni,
tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam;
seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."
Kemudian Ia berkata kepada saya,
"Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu
seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas
yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau
membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu.
Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu,
dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya
dan kalian berdua akan menjadi satu.
Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang.
Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu
akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya
bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain,
tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik,
dan membuat suatu kerjasama yang solid.
Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna.
Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu".
Ini untuk :
yang baru saja menikah,
yang sudah menikah,
yang akan menikah
dan yang sedang mencari,
khususnya yang sedang mencari.
Langganan:
Postingan (Atom)