
Saya selalu mengagumi matahari. Dan sebelum saya, telah banyak orang-orang yang mengaguminya. (Buktinya ada dewi matahari, bunga matahari atau toko matahari, heheheh.....) Hemm, Cahayanya dahsyat, panasnya luar biasa. Dialah sumber hidup dan kehidupan. Tanpanya semesta menghitam, dimana senyum anak-anak manusia menyambutnya tiap fajar.
”Kau lah matahariku, sayang” seorang pria sedang menggombal, dan matahari dijadikan kambing hitam.
”Aku ingin segagah matahari, terang dan menantang” seorang tengah berpuisi, dan lagi-lagi matahari jadi sasaran.
Namun jika kita resapi bunyi hadist dibawah ini, kita akan tercengang (Ini bukan gombal lohh...). Hati kita membesar, kaki dan tangan ingin bergerak. Dan panjatkanlah: ”duhai Allah, aku ingin menjadi matahari”
”Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Luar biasa!
Begitulah janji Allah pada hamba yang berupaya menyampaikan hidayah. Menyampaikan Hidayah atau petunjuk-Nya adalah jalan dakwah, dimana Allah memuja-muji para pelakunya di hadapan para malaikat. Seorang bocah yang dipuji ibunya, tentu bukan main senangnya. Istri yang dipuji kecantikannya oleh suami, bisa dibayangkan wajah itu akan tersipu riang. Kali ini tidak tanggung-tanggung, wahai kawan! Allah ta’ala, Sang Penguasa Segala Sesuatu memuji kita. Yakni ketika kita menceburkan diri dalam dakwah. Bahkan derajat orang-orang yang berupaya menyampaikan hidayah tak ubahnya matahari yang terbit dari fajar hingga terbenamnya.
So, udah ngga jamannya lagi berdiam diri apalagi cuma mikirin diri sendiri. Mau untung apa buntung?! M-a-t-a-h-a-r-i,,,, matamu mengetahui seperti apa hari ini harus dilewati. Bulatkan tekad untuk dakwah!
Duhai kawan... Ketahuilah, bumi terus berputar pada porosnya! Siang dan malam datang silih berganti. Tak ada satu jalan pun yang bebas hambatan. Lurus belum berarti mulus. Begitu pun jalan dakwah, sang jalan matahari. Ada kalanya Allah memenangkan kebenaran dan ada masanya pula Allah memenangkan kebatilan sebagai ujian kepada manusia. Terutama para pengemban risalah-Nya.
Gentar kah? Takut ? Mundur? Maju terus ?
Jika gentar dan takut, itu wajar. Karena begitulah variasi orang yang diuji. Kadang ketar-ketir dan ”keringat dingin”. Takut diledekin teman, takut dikucilkan lingkungan, khawatir seret keuangan, sulit dapat jodoh.... dan ketakutan lainnya. Namun cukuplah takut itu akhirnya tertaklukkan oleh ketakutan kita kepada Allah. Bukankah rasa takut itu pun berada dalam genggaman-Nya? Maka mintalah pada-Nya hati yang tak tergentarkan, bahu yang kokoh menanggung beban. Jadilah matahari yang menjadikan lampu-lampu pijar tiada berguna. Jadilah kita penerang di dahan dan ranting yang kesepian. Teroboslah segala ketakutan kita akan cemooh, gunjingan dan fitnah. Bersama Allah, kita bisa!
”Karena itu berdakwahlah dan tetaplah konsisten sebagaimana diperintahkan kepadamu” (TQS. Asy-Syura:25)
-000-
Oleh: Alga Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar