Selasa, 29 Juni 2010

Catatan buat Para Pengemban Da’wah tentang Percaya Diri (mari mengasah, mari bergerak)


Masalah yang satu ini emang nggak ada habis-habisnya, karena hampir dialami oleh kebanyakan orang atau mungkin semua orang! PD melibatkan banyak hal dari hidup kita, mulai dari belajar sampai memimpin. Oleh karena itu, bisa dibilang kalo orang yang kurang PD rata-rata akan kehilangan 70% dari makna hidupnya. PD juga bisa mempunyai rumus turunan (derivat) (kayak matematik aja ya hehehe) seperti rasa pesimisme, utopis, dan malu tidak pada tempatnya, serta masih banyak lagi yang akhirnya akan merugikan orang yang bersangkutan itu sendiri, nah karena itulah mengapa masalah ini cukup urgent untuk dibahas karena, mau tak mau, suka tak suka kita akan banyak berinteraksi dengan masyarakat.


Penyebab utama seorang anak manusia menjadi tidak PD adalah karena merasa kemampuan yang dimilikinya ‘relatif’ kurang dibandingkan sekelilingnya atau saingannya, atau merasa tak pantas melakukan sesuatu , merasa malu, takut bila semuanya tidak berjalan sebagaimana mestinya dll, dan banyak pertanyaan seperti “kalo salah ntar gimana yah…..?”, “bisa nggak ya…?”, “apa aku pantas….?” Atau pernyataan seperti “aku mau melakukanya, tapi ini bukan saat yang tepat…” atau “ah, masih ada kesempatan lain” dan lain-lainya yang pada intinya seorang yang tidak PD akan selalu merasa dirinya ‘tidak selevel, atau tidak akan bisa seperti itu’. Lalu, bagaimana caranya mengatasi krisis tersebut secara positif?


Saya sering mengibaratkan diri saya sendiri dengan seorang pemburu. Seorang pemburu akan mempersiapkan segala macam yang diperlukanya untuk berburu sebelum ia pergi, dengan kata lain, agar kita menjadi Percaya diri dalam mengerjakan sesuatu, maka persiapan kita pun harus matang terlebih dahulu. Persiapan ini menyangkut segala bentuk segi, misalnya seorang pemburu akan menentukan target terlebih dahulu, binatang apa yang ingin diburunya, lalu mencari tahu tentang hewan buruanya itu, mulai dari kelebihanya, kekuranganya, tempat hidupnya, kebiasaanya, makananya, kelemahanya, kekuatanya, kecepatan larinya, dan segala macam informasi yang lainya. Selain mencari tahu tentang buruan, ia juga akan senantiasa menyiapkan senjatanya, memilih peluru yang digunakan, berapa jauh jangkauanya, seberapa kuat tolakanya, seberapa kuat bunyinya dan hal-hal lain yang juga bisa berpengaruh terhadap pemburuanya itu, tak lupa ia juga melatih dirinya sendiri agar siap memburu buruanya, tahu apa kelebihanya, kekuranganya, ketelitian, kecerobohan, serta hal-hal yang lainya. Selain itu ia sendiri haruslah yakin bahwa yang dilakukanya adalah hal yang benar dan tidak menimbulkan kerugian, baik pada dirinya dan bagi orang lain.


Melalui pedoman si pemburu tadi, maka ada beberapa tips yang bisa saya bagikan kepada oknum-oknum yang sedang tidak percaya diri…

Sebagai seorang muslim, saya menganalisis bahwa salah satu penghambat dakwah islam adalah karena ketidak PD an hamlud da’wah, karena itu tulisan saya sekali ini lebih menitikberatkan bagaimana tips agar PD dalam berdakwah. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan ke hal-hal yang lainya


1. Agar PD dalam berda’wah pertama kali kita harus paham apakah sesuatu yang kita lakukan/dakwahkan adalah sesuatu yang benar, tidak mungkin anda bisa meyakinkan seseorang atau menyukseskan suatu pekerjaan bila anda sendiri tidak yakin atau tidak tahu apakah hal itu benar ataukah salah. Oleh karena itu keyakinan atas sesuatu itu menjadi hal yang sangat urgent, yakinlah bila kita yakin pada sesuatu kita akan lebih PD.

2. Sebagai seorang muslim, standar halal haram kita adalah hukum syara’, dalam berbuat apapun, motivasi kita yang pertama haruslah diniatkan ikhlas karena memenuhi seruan dari Allah SWT, bukan karena hal-hal lain. Misalnya, motivasi utama kita tidak berzina bukan karena malu, tapi karena ada larangan dari Allah SWT, malu harusnya menjadi motivasi ke sekian. Motivasi utama kita belajar harusnya bukanlah untuk bekerja atau memenuhi tuntutan ayah ibu, tetapi haruslah karena diseru Allah untuk mlakukanya, jadi kita harus menjadikan ridho Allah SWT sebagai tujuan segala aktivitas kita. Selain niat, caranya pun harus benar, karena syarat-syarat amal yang baik (ihsanul amal) adalah niat dan cara yang benar.

3. Bertolak belakang dari keyakinan yang pasti 100% (tashdiqul jazm) kita terhadap Islam, dan yakinya kita bahwa Islam pasti benar dan kebenaran hanyalah milik islam semata, maka seharusnya seorang muslim tidak kurang PD dalam menjalankan aktivitas-aktivitas yang memang diserukan, karena kita melakukanya bukan untuk dilihat, dipuji ataupun untuka apa-apa dan siapa-siapa, tapi untuk Allah semata! Dan yakinlah, segala macam usaha kita, asal niat dan caranya benar, berhasil atau tidak aktivitas itu, sukses atau gagalnya akan mendapatkan nilai di mata Allah SWT. Lalu jika kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah benar, lantas apalagi yang perlu ditakutkan?

4. Takut dan malu adalah perasaan fitrah dari diri manusia, setiap orang memiliki rasa takut karena ia termasuk potensi manusia, yaitu naluri-naluri (al-ghara’iz) sehingga menghilangkan rasa takut dari diri manusia adalah hal yang tidak mungkin, yang mungkin adalah menyalurkanya dan membuatnya tidak terlihat atau meminimalisir rasa takut itu dengan meyakinkan diri, terkadang kita malu untuk ‘tampil’ karena merasa kita bukan seorang pemberani (penakut) atau seorang pemalu. Hal pertama yang ingin saya tegaskan disini adalah, malu dan takut itu harusnya perasaan kita ketika melanggar hukum-hukum syara, malu dan takut itu harusnya muncul ketika kita sedang mengerjakan kemaksiatan, dengan kata lain, dalam mengerjakan perintah atau seruan dari syara kita harusnya tidak boleh merasa malu atapun takut, karena kita melaksanakan perintah dari pencipta kita, pencipta langit dan bumi, pencipta segala yang ada di alam semesta dan segala keteraturanya! Jadi tidak ada cerita bila kita malu ataupun takut menjalankan perintah atau seruan-Nya, termasuk dalam hal berdakwah dan lain-lainya.

5. Manusia adalah makhluk yang lemah dan sangat terbatas, bahkan segala sesuatu yang ada di dunia inipun memiliki batasanya, contohnya, manusia suatui saat pasti akan mati, dia tak kuasa untuk memajukan atau memundurkan ajal itu barang sesaatpun, manusia juga tidak tahu kapan ajalnya akan menjemput, apakah ketika sholat, apakah ketika belajar, ataupun ketika sedang melakukan maksiat. Yang ingin saya tegaskan disinai adalah, wajar bila manusia itu memiliki kelemahan, itulah hakikat seorang manusia! Dan menurut saya, lebih baik kita menonjolkan kelebihan kita, dan sementara itu memperbaiki kekurangan kita. Hal yang sama berlaku pada orang-orang disekitar kita, saingan kita, teman dan lainya. Mereka juga pasti tidak lepas dari kelemahan dan keterbatasan, sehingga tidak perlu bagi kita untuk merasa kitalah yang paling tidak sempurna, sedangkan mereka jauh lebih baik daripada kita. Jauhkanlah pertanyaan-pernyataan seperti “Kayaknya dia lebih baik daripada saya, saya tidak punya harapan…” itu adalah logika yang salah. Harusnya “Kalau dia juga bisa, kenapa saya tidak?!”

6. Cara mengatasi rasa takut dam malu, selain dengan meyakini apa yang dilakukan, juga bisa dengan cara membiasakan diri dengan ketakutan dan rasa malu itu, jadi seorang yang ingin berhasil dalam sesuatu yang kurang PD nya dalam hal itu tidaklah boleh mundur, karena jika dia tidak pernah mencoba, niscaya tidak akan ada perubahan di dalam dirinya, Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidk akn merubah apa yang ada dalam suatu kaum sampai mereka merubahnya sendiri” sehingga, walaupun takut, walaupun gemetar, walaupun hasilnya kurang baik, tetap hal-hal tersebut harus dilaksanakan, Insyaallah setelah beberapa kali melakukanya semua akan terlihat lebih baik, lebih enak dan lebih tenang. Orang-orang yang paling sukses atau paling percaya diri sekalipun pasti pada awalnya merasa tidak PD, tetapi bedanya dengan orang yang gagal adalah, ketika dia takut maka ia akan mengalahkan ketakutanya itu, bukan tunduk kepadanya.

7. Melihat dari awal perjalanan hidup kita, kita sadar bahwa pada proses penciptaan kita telah terjadi suatu hal yang luar biasa, dalam banyak firmanya Allah SWT telah memberitakan bahwa kita berasal dari mani yang dipancarkan, Ketika seorang suami melakukan (maaf) hubungan badan dengan istrinya maka rata-rata sperma yang keluar pada waktu itu adalah sekitar 500.000.000 (lima ratus juta!) dan sperma-sperma ini bersaing satu sama lain untuk mendapatkan satu sel telur (ovum), jadi dulunya sperma yang akan menjadi kita itu bersaing dengan 499.999.999 sperma lain, atau saingan kita dahulu kala mencapai angka tersebut, sekarang berapakah saingan kita? 10, 40, 100, 1000? Kenapa kita tidak PD bersaing dengan jumlah yang sedikit ini, padahal dulunya kita adalah pemenang dari antara 500.000.000 peserta hehehehehe… jadi nggak ada alasan bagi kita untuk tidak PD dalam bersaing yang sehat! Selain itu, kalian-kalian semua adalah ciptaan-ciptaan sempuna yang khusus, unik dan tiada duanya, yang dihasilkan dari sperma terbaik! Bisakah anda bayangkan bila bukan sperma yang terkuat yang membuiahi sel telur itu, apakah kita akan seperti ini? saya rasa tidak, karena dalam perjalananya menuju sel telur adalah proses seleksi sperma dan yang terbaiklah yang akan mampu, sehingga kita semua adalah benih-benih terbaik!

8. Hal yang terakhir adalah, kita, sebagai manusia yang selalu merasa rendah adalah hal yang wajar, tetapi akan sangat bagus bila perasaan itu dipadukan dengan akal dan ditempatkan di tempat yang seharusnya, untuk mencapai ketenangan hidup, kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup, kita tidak boleh hanya membandingkan diri dengan orang yang lebih ‘atas’ tetapi haruslah juga kita melihat ke ‘bawah’ betapa masih banyaknya orang yang lebih tidak beruntung daripada kita, tetapi orang yang di ‘atas’ juga bisa dijadikan contoh.


Tulisan ini adalah karangan manusia, belumlah final, jadi perlu pengembangan pemikiran dari pembacanya, semoga tulisan ini dapat membantu perjuangan da’wah kita semata hanya untuk Allah Ta’ala, semoga bermanfaat


Felix Siauw
Islamic Inspirator

The Fifth Rashidoon (Kisah Sang Khalifah. Dibawakan dengan 'meremaja'. Moga bermanfaat)


Pada suatu malam Khalifah Umar ibn Khathab seperti biasa melakukan inspeksi untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Hanya dikawal dengan seorang ajudannya, Khalifah menyamar agar tidak diketahui identitasnya. Hal itu dilakukannya agar dia bisa mengetahui secara jelas dan pasti bagaimana kondisi rakyatnya yang sebenarnya. Khalifah mah ke-mana2 nggak dikawal kaya’ presiden sini. Khalifah bener2 menyatu dengan rakyat. Nggak ada jarak diantara pemimpin dengan rakyatnya. Saat Khalifah dan ajudannya melewati sebuah gubug, secara nggak sengaja dia mendengar percakapan antara seorang gadis dengan ibunya. Ternyata gadis dan ibunya itu adalah penjual susu. Si ibu rada2 lihay, dia nyuruh anak gadisnya itu untuk mencampur susu mereka dengan air, biar jadi banyak dan bisa mendatangkan keuntungan lebih oke. Tapi si gadis yang saleh itu menolak. Kata si Gadis, Khalifah telah melarang para penjual susu untuk mencampur susunya dengan air. Si ibu karena emang udah dasarnya lihay, dia malah bilang bahwa Khalifah mah nggak bakalan tau semua ini! Tapi karena emang si Gadis ni udah dasarnya solehah, dia malah bilang bahwa Tuhannya Khalifah tau semuanya.


Khalifah dan ajudannya langsung cabut dari sana dan melanjutkan inspeksi. Besok paginya, Khalifah memerintahkan ajudannya untuk ke pasar dan membeli susu si gadis solehah itu. Si Ajudan langsung berangkat, dia obrak-abrik pasar (bahasanya lebay amat) buat nemuin si gadis solehah, akhirnya ketemu juga. Si Ajudan beli susu si Gadis solehah dan langsung membawanya pulang kepada Khalifah. Di kantornya Khalifah mencicipi susunya si Gadis salehah itu, untuk membedakan susunya dicampur air apa nggak. Ternyata susunya itu tetep murni dan nggak dicampur air sedikit pun. Khalifah memerintahkan si Ajudan buat memanggil si Gadis dan Ibunya ke kantor. Karena kagum dengan ketakwaan si gadis, Khalifah kemudian merekomendasikan si Gadis salehah itu kepada puternya, Abdullah ibn Umar. Karena si Gadis salehah dan Abdullah sama2 naksir (wit…wuiww), maka mereka berdua dinikahkan. Dari rahim perempuan salehah dan dari benih laki2 saleh itulah kemudian lahir seorang gadis bernama Layla, dan dari rahim Layla-lah lahir Umar ibn Abdul Aziz. Seorang Khalifah yang dengan takzim gelari sebagai Rasyidun Kelima.


Umar ibn Abdul Aziz dilahirkan pada sekitar Februari 682 M. Putra dari Abdul Aziz ibn Marwan. Dia dilahirkan di Madinah dan sampai ayahnya meninggal dia tetap di Madinah. Kemudian dia dipanggil ke Damaskus oleh Khalifah Abdul Malik untuk menikah dengan putrinya, Fatimah. Tak lama kemudian Khalifah Abdul Malik meninggal dan dia diangkat menjadi wali (gubernur) di Madinah, di bawah pemerintahan sepupunya Khalifah Al-Walid I. Karena provokasi dari Al-Hajjaj ibn Yusuf, seorang wali yang zalim di Irak, Al-Walid I memberhentikan Umar dari jabatannya, dan rakyat kecewa dengan hal itu. Namun rakyat tetap mencintai Umar. Umar tetap tinggal di Madinah sampai Al-Walid I digantikan oleh saudaranya, Sulaiman. Sulaiman sangat mengagumi Umar. Ketika tiba waktunya, Sulaiman malah merekomendasikan Umar untuk naik menjadi Khalifah. Sulaiman tidak merekomendasikan anak atau saudaranya sendiri. Dengan segan dan berat hati Umar menerima jabatan itu setelah dia berusaha keras untuk menolak permintaan Sulaiman. Penunjukan Umar sebagai Khalifah murni karena kemampuan dan ketakwaannya, bukan karena keturunan seperti yang saat itu selalu terjadi dalam tiap pengangkatan Khalifah. Dia nggak parno sama jabatan.


Umar ibn Abdul Aziz adalah seorang Khalifah yang saleh dan zuhud. Dia tidak tinggal di istana seperti khalifah2 Bani Umayyah pendahulunya. Dia lebih memilih tinggal di rumah yang sederhana. Dia menyedekahkan hartanya untuk kepentingan rakyat dan mendorong istrinya yang merupakan anak seorang Khalifah untuk menyedekahkan perhiasannya juga untuk rakyat. Dia menyita harta yang tidak halal yang dimiliki pejabat2 Bani Umayyah dan menyerahkannya kepada Baitul Mal (keuangan negara Khilafah). Dia lebih memilih berbaju kain linen kasar dan bertambal daripada berjubah mewah khas Khalifah2 Bani Umayyah sebelumnya. Pemerintahannya persis seperti pemerintahan kakek buyutnya (Khalifah Umar ibn Khathab). Umar juga memerintahkan untuk mengumpulkan hadis agar tidak hilang dan menyeleksinya dari hadis2 palsu. Abu Bakr ibn Muhammad ibn Hazm dan Ibn Shihab al-Zuhri, adalah beberapa ulama yang menjalankan tugas suci itu. Pada masa pemerintahannya pulalah Afrika mencapai kemakmuran yang tiada terkira. Tidak ada yang mau menerima zakat di Afrika. Semuanya menjadi muzakki (pemberi zakat). Luar biasa, Padahal dia memimpin hanya dalam waktu sekitar 3 tahun (sekitar tahun 717 M – 720 M), dan dia memimpin wilayah yang sangat luas. Apa rahasianya ya? Rahasianya karena dia memimpin dengan menerapkan syariat Islam. Seluruh rakyat mencapai kemakmuran. Pada masa pemerintahannya pula Konstantinopel berusaha ditaklukkan di bawah pimpinan Maslama (sepupu Umar), namun gagal.


Di mana2 juga pasti ajah ada orang usil yang ga demen sama kebaikan. Bangsawan2 Bani Umayyah pada nggak suka sama sikap Umar yang zuhud dan mengutamakan kepentingan rakyat. Lantas mereka menyogok seseorang untuk meracuni makanan Umar. Umat menyadari hal itu saat dia terbaring di tempat tidurnya. Si pelaku kemudian dikejar dan ditangkap. Namun Umar memaafkannya. Ya Allah, kapan kita dipimpin lagi oleh orang mulia kaya’ Umar ibn Abdul Aziz. Pemimpin kaum muslim sekarang mah KAAACCCCRRRUUUT semua (emosi). Uang diyat (denda) dari kejahatan itu diserahkannya kepada Baitul Mal demi kepentingan rakyat. Karena racun di makanannya itu, pada sekitar tanggal 10 Februari 720 M, Khalifah Umar ibn Abdul Aziz berpulang ke rahmatullah dengan tenang. Innalillahi wa inna ilayhi raji’un. Dunia menangis, satu lagi pemimpin adil telah pulang!


Oleh: Sayf Muhammad Isa

”.... Jalan ini bernama Jalan Matahari...” (Berbagi Semangat. Barangkali kamu sedang Futur)


Saya selalu mengagumi matahari. Dan sebelum saya, telah banyak orang-orang yang mengaguminya. (Buktinya ada dewi matahari, bunga matahari atau toko matahari, heheheh.....) Hemm, Cahayanya dahsyat, panasnya luar biasa. Dialah sumber hidup dan kehidupan. Tanpanya semesta menghitam, dimana senyum anak-anak manusia menyambutnya tiap fajar.
”Kau lah matahariku, sayang” seorang pria sedang menggombal, dan matahari dijadikan kambing hitam.
”Aku ingin segagah matahari, terang dan menantang” seorang tengah berpuisi, dan lagi-lagi matahari jadi sasaran.


Namun jika kita resapi bunyi hadist dibawah ini, kita akan tercengang (Ini bukan gombal lohh...). Hati kita membesar, kaki dan tangan ingin bergerak. Dan panjatkanlah: ”duhai Allah, aku ingin menjadi matahari”


”Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Luar biasa!
Begitulah janji Allah pada hamba yang berupaya menyampaikan hidayah. Menyampaikan Hidayah atau petunjuk-Nya adalah jalan dakwah, dimana Allah memuja-muji para pelakunya di hadapan para malaikat. Seorang bocah yang dipuji ibunya, tentu bukan main senangnya. Istri yang dipuji kecantikannya oleh suami, bisa dibayangkan wajah itu akan tersipu riang. Kali ini tidak tanggung-tanggung, wahai kawan! Allah ta’ala, Sang Penguasa Segala Sesuatu memuji kita. Yakni ketika kita menceburkan diri dalam dakwah. Bahkan derajat orang-orang yang berupaya menyampaikan hidayah tak ubahnya matahari yang terbit dari fajar hingga terbenamnya.

So, udah ngga jamannya lagi berdiam diri apalagi cuma mikirin diri sendiri. Mau untung apa buntung?! M-a-t-a-h-a-r-i,,,, matamu mengetahui seperti apa hari ini harus dilewati. Bulatkan tekad untuk dakwah!

Duhai kawan... Ketahuilah, bumi terus berputar pada porosnya! Siang dan malam datang silih berganti. Tak ada satu jalan pun yang bebas hambatan. Lurus belum berarti mulus. Begitu pun jalan dakwah, sang jalan matahari. Ada kalanya Allah memenangkan kebenaran dan ada masanya pula Allah memenangkan kebatilan sebagai ujian kepada manusia. Terutama para pengemban risalah-Nya.
Gentar kah? Takut ? Mundur? Maju terus ?

Jika gentar dan takut, itu wajar. Karena begitulah variasi orang yang diuji. Kadang ketar-ketir dan ”keringat dingin”. Takut diledekin teman, takut dikucilkan lingkungan, khawatir seret keuangan, sulit dapat jodoh.... dan ketakutan lainnya. Namun cukuplah takut itu akhirnya tertaklukkan oleh ketakutan kita kepada Allah. Bukankah rasa takut itu pun berada dalam genggaman-Nya? Maka mintalah pada-Nya hati yang tak tergentarkan, bahu yang kokoh menanggung beban. Jadilah matahari yang menjadikan lampu-lampu pijar tiada berguna. Jadilah kita penerang di dahan dan ranting yang kesepian. Teroboslah segala ketakutan kita akan cemooh, gunjingan dan fitnah. Bersama Allah, kita bisa!

”Karena itu berdakwahlah dan tetaplah konsisten sebagaimana diperintahkan kepadamu” (TQS. Asy-Syura:25)

-000-

Oleh: Alga Biru

Istri Sang Koruptor


Siapa istri yang tak bangga suaminya naik pangkat, serta tiba-tiba sang istri menjadi mahir berorganisasi ketika menduduki jabatan sebagai ketua darma wanita, ketua persatuan para istri, ketua ini dan ketua itu?

Semua orang memandang dengan hormat, tanpa mereka perlu tahu bagimana latar belakang pendidikan dan pengalaman berorganisasi sang istri itu sendiri, bagaimana kondisi kepandaian sang istri pejabat yang dalam hal ini tiba-tiba semua perkataannya dituruti, dipatuhi dan semua idenya menjadi sangat brilian. Selain itu bahkan menjadi suatu kebijakan tak tertulis yang diikuti oleh semua staf wanita dibawahnya maupun staf sang suami.

Terkadang sang suami nampak kebingungan ketika ada suatu kebijakan yang tidak diucapkannya, namun telah dilakukan oleh staf-stafnya, seperti pemakaian baju batik pada hari senin. Ketika dikonfirmasi, ternyata sang istri telah memberikan peraturan baru, yang dipatuhi oleh seluruh staf baik lama maupun baru dengan gembira. Namun hal ini membuat anggaran belanja negara akhirnya menjadi bertambah untuk sesuatu yang dirasa perlu tetapi tidak penting.

Sedikit demi sedikit, anggaran menjadi membukit dan ketika sang suami menerima kunjungan dari pengusaha manapun, maka sang istri dengan gembira menikmati fasilitas yang disediakan. Asyiknya terkadang tempatnya berbeda-beda. Dan dengan alasan menemani bapak, maka istri-istri ikut acara apapun. Hal inilah yang mengakibatkan anggaran membengkak. Sang suami yang harus rapat serta tugas dinas, namun si istri yang mendapatkan fasilitas jalan-jalan dan cuci mata, juga membeli ini dan itu yang berjumlah sangat banyak, yang sebetulnya tidak perlu. Tentu saja, dengan alasan untuk membantu penghargaan kepada rakyat daerah yang telah membuat hasil karyanya.

Amplop yang diterima oleh sang suami atas anggapan sebuah kerja keras untuk negarapun terkadang dihitung dengan membaca ‘bismillah’, disisihkan sedikit untuk zakat, sedekah pesantren-pesantren dan sisanya disimpan baik baik dalam rekening yang berbeda beda. Semakin tahun, semakin pandai sang istri menghitung uang dan menglokasikannya. Akhirnya, semakin banyak kenalannya di bank-bank, baik dalam maupun luar negeri.

Dengan bertambahnya usia sang suami, jabatan dan kekuasaan bertambah pula dengan pendapatan siluman yang membuat sang istri mendapat pujian dari sana sini sebagai istri yang berhasil mendukung karier suami, plus istri dermawan yang rajin membagi-bagi uang kepada sanak saudara dikampung, fakir miskin dan beberapa pesantren terkenal di negeri ini.

Untuk beramal ataukah sebagai pencuci dosa?

Dan ketenangan sebagai istri pejabat pun semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usia, karena bayangan uang yang tidak akan habis 7 turunan serta pernikahan anak-anaknya yang dibiayai dengan sangat megah, serta cukupnya uang untuk bekal anak-anaknya membuka perusahaan, membuat sang istri bersiap-siap menghadapi masa tuanya dengan rajin mengikuti pengajian.

Tak lama kemudian, sudah ada di koran-koran, sosok sang istri dengan jilbab dan baju muslim yang nampak anggun membalut tubuh, bibir tipis yang kemerahan sesekali mengeluarkan irama dzikir serta sang suami dengan baju koko dan kopiah selalu menjadi sosok yang dihormati karena tidak pernah tinggal sholat lima waktu dan juga mudah didekati untuk memberikan sedekah bagi staf dan keluarganya.

Dan.., bom apa yang paling hebat yang menimpa sebuah keluarga, bila akhirnya sebelum ajal menjemput, sang istri hanya menjumpai sms dari suaminya yang berbunyi, ”Mah, tolong siapkan baju dan makanan yang ku sukai karena malam ini aku mungkin menginap dikantor polisi atas dakwaan dari orang yang tidak kebagian, atas projek senilai 3 trilun ketika anak pertama kita masih kuliah dan kita masih tinggal di Kupang.”

Dengan cepatnya, surat kabar keesokan harinya menampar wajah mereka sekeluarga, lirikan sinis supir dan asisten di kantor suaminya serta satpam dirumah, membuat istri pejabat tidak lagi dapat mendengak dengan anggun. Gelar baru sudah tertempel didahinya, yaitu “Istri sang koruptor”

"Mah..., doakan papa yaa..." demikian kata suaminya dari balik tirai penjara berlinang airmata.

"Ya, pa... mama akan selalu setia pada papa, bukankah uang papa, mama makan juga...? tenang ya pa..., uang kita masih banyak untuk membeli pengacara terkenal di negeri ini."

Astagfirullah, mereka lupa, pengadilan di dunia dapat dibeli, namun pengadilan di akhirat, siapa yang bisa beli...?

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

"Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: Kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (yaitu Syurga)."[QS. Ali-Imran (3) :14]